Fenomena Lesbian dan Homoseksual di Rutan Jabar Terbongkar
SULSELSATU.com, BANDUNG – Fenomena seks sesama jenis warga binaan di lapas dan rutan di Jawa Barat terbongkar. Seks menyimpang tersebut adalah homoseksual dan lesbian.
Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jabar, Liberti Sitinjak membuka fakta keberadaan napi homoseksual dan lesbian tersebut.
Fakta itu berdasarkan hasil pengamatannya dan petugas lapas yang mengindikasikan adanya fenomena tersebut. Bahkan, Leberti menyebut fenomena tersebut sudah lama terjadi di lapas dan rutan.
“Setidaknya gejala itu dari dulu ada. Kalau sudut pembuktiaanya, ini saya katakan deskriptif ya, pengamatan,” kata Liberti kepada wartawan seperti dikutip Detik, Selasa (9/7/2019).
Menurutnya, gejala seks menyimpang tersebut muncul karena kebutuhan biologis warga binaan yang tak tersalurkan. Terutama, sambung dia, bagi warga binaan yang sudah berkeluarga.
“Karena memang begini, bagaimana seseorang yang sudah berkeluarga, masuk ke dalam lapas, otomatis kan kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan,” ungkap dia.
Faktor pendukung lainnya, juga dampak dari kelebihan kapasitas lapas dan rutan. Saat ini lapas-lapas di Jabar dihuni 23.681 orang warga binaan. Padahal, kapasitasnya hanya 15.658 orang.
“Lapas dan rutan sudah over kapasitas. Ibarat kata, kondisi itu membuat kaki ketemu kaki, kepala ketemu kepala badan ketemu badan. Dampaknya munculnya homoseksualitas (gay) dan lesbi,” tutur dia.
Melihat fenomena itu, Kemenkum HAM Jabar menyiapkan sel terpisah bagi warga binaan yang mengalami homoseksual dan lesbian di lapas wanita. Namun sebelum dipindahkan, akan dilakukan assesment terlebih dahulu.
“Iya, kan dicek kamarnya, sudah berapa lama dia di situ, udah sejak kapan dia melakukan itu. Jadi terhadap pasangan itu dipisah, keduanya dipindahkan,” kata Kadivpas Kemenkum HAM Jabar Abdul Aris via telepon genggam.
Aris mengaku belum memiliki data jumlah warga binaan yang mengalami seks menyimpang. Meski begitu, ia memastikan jumlahnya tidak signifikan.
“Kita belum punya data lengkap. Tapi itu hanya beberapa kasus aja, persentasenya belum kita teliti lagi. Kita belum bisa sebutkan (lapas mana saja),” tutur dia.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News