Pakar Ekonomi: Perlu Perubahan Paradigma untuk Atasi Kesenjangan

Pakar Ekonomi: Perlu Perubahan Paradigma untuk Atasi Kesenjangan

SULSELSATU.com, JAKARTA – Pakar Ekonomi Islam Universitas Indonesia, Banu Muhammad menyebut perlu ada perubahan paradigma untuk mengatasi ketimpangan ekonomi di Indonesia. Hal itu ia sampaikan dalam Diskusi Produktif yang digelar oleh Pusat Sumber Belajar Dompet Dhuafa Pendidikan (PSB DD Pendidikan) di Kemang, Bogor, Kamis (24/7/2019)

“Perubahan paradigma atau shifting paradigm harus dilakukan. Apa saja paradigma yang harus diubah? Kembali ke agama dengan memperbaiki kualitas manusia, ber-Islam secara kafah, memperbaiki tata kelola ekonomi dan menegakkan perintah agama,” kata Banu, dalam siaran pers yang diterima sulselsatu.com, Sabtu (27/7/2019).

Banu menilai sistem ekonomi dunia saat ini sangat sekuler. Menurut Banu, tujuan utama aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat dunia adalah memenuhi self interest. Self interest tersebut menjadi identik dengan shelfishness di mana keuntungan personal menjadi fokus utama dan mengalahkan kemanfaatan sosial. Hal inilah yang menciptakan ketimpangan ekonomi.

Di masa mendatang, lanjut Banu, nilai-nilai keislaman harus ada pada setiap aktivitas ekonomi juga aktivitas lainnya sehari-hari.

“Zakat harus menjadi penggerak ekonomi masyarakat, salah satunya untuk menopang dana pendidikan dalam konteks kebutuhan sosial,” lanjutnya.

Banu juga mengimbau agar masyarakat memiliki visi akhirat dalam melaksanakan kegiatan ekonominya.

Sebagaimana diketahui, dewasa ini ketimpangan ekonomi baik di Indonesia maupun di dunia, makin menjadi. Hal ini dibuktikan dengan survey yang dirilis oleh Oxpam International pada 2016 lalu. Survey tersebut menyebutkan bahwa 1% individu terkaya dari total penduduk Indonesia menguasai 49% dari total seluruh kekayaan yang ada di negeri ini.

Lembaga yang sama juga merilis survey pada tahun 2017, menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-6 dalam kategori distribusi kekayaan terburuk di dunia. Sedangkan di tingkat dunia sendiri, masih pada tahun 2017, tercatat 8 orang terkaya menguasai kekayaan yang hampir sama dengan akumulasi harta yang dimiliki oleh 3,5 milyar penduduk atau setengah dari total penduduk dunia.

Sebagai salah satu kontribusi terhadap upaya memecahkan permasalahan ketimpangan ekonomi, PSB DD Pendidikan menggelar Diskusi Produktif tersebut.

“Tujuan yang ingin dicapai dari acara ini adalah untuk membedah pemikiran mengenai sistem ekonomi dunia. Selain itu, kami juga ingin membedah bagaimana pandangan science dan Alquran terhadap ketimpangan ekonomi yang terjadi,” ungkap Dian Sumantri, Koordinator Perpustakaan PSB DD Pendidikan.

Editor: Awang Darmawan

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga