Media Perlu Digitalisasi untuk Bertahan
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Memasuki Revolusi Industri 4.0, jurnalisme juga mengalami banyak perubahan, utamanya model media yang digunakan. Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat kini memiliki pilihan media baru untuk memperoleh informasi, yakni media online.
Selain itu, era digital ini juga memungkinkan siapa saja untuk menyebarkan informasi melalui media sosial meskipun tak berprofesi sebagai jurnalis. Bahkan terkadang informasi yang tersebar di media sosial lebih cepat dari media mainstream.
Hal itu pun menimbulkan pertanyaan soal eksistensi media mainstream atau jurnalisme di masa depan. Pasalnya, media mainstream diragukan bisa bertahan di tengah gempuran massifnya informasi media sosial.
Namun menyikapi hal ini, praktisi media Andi Muhammad Fadli mengaku masih optimis media mainstream bisa menjaga eksistensi apabila berani melakukan penetrasi (penerobosan), misalnya digitalisasi.
“Media seperti radio saja kalau tidak melebarkan sayap ke sistem streaming itu akan ditinggalkan, begitu juga dengan cetak yanh sekarang juga sudah punya versi online,” katanya saat berbicara mengenai Masa Depan Jurnalisme dalam kegiatan Forum Jurnalistik dan OPD yang digelar Diskominfo Makassar di Hotel Ramedo, Rabu (31/7/2019).
Fadli menjelaskan, keyakinannya ini lantaran masyarakat juga masih banyak yang menyukai berita media mainstream daripada informasi di media sosial. Hal itu dikarenakan apa yang tersebar di media sosial belum tentu bisa dipastikan kebenarannya sehingga masyarakat lebih memilih media mainstream.
“Jurnalis itu kan bekerja berdasarkan Undang-undang dan punya kode etik. Jadi, harus selalu mengonfirmasi jika ada kabar yang beredar. Beda dengan media sosial yang hanya berisi informasi bukan berita karena tanpa konfirmasi,” ujar dosen di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin ini.
Selain itu, kata dia, media mainstream juga harus memepertahankan kepercayaan publik. Caranya adalah dengan tetap menyajikan berita yang baik dan berimbang. Dengan demikian, masyarakat bisa menilai sendiri mana media yang baik dan tidak.
“Karena dengan public trust (kepercayaan publik) itulah media massa bisa bertahan. Ibaratnya, masyarakat bisa menilai sendiri mana media yang harus dipercaya dan mana yang tidak,” katanya.
Penulis: Asrhawi Muin
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News