Logo Sulselsatu

Accera Kalompoang Satukan Keluarga Raja Gowa dan Pemerintah

Asrul
Asrul

Senin, 12 Agustus 2019 16:47

istimewa
istimewa

SULSELSATU.com, GOWAAccera Kalompoang merupakan tradisi pencucian benda-benda pusaka Kerajaan Gowa yang merupakan tradisi sakral bagi masyarakat.

Setelah dua tahun tidak dilaksanakan, ritual tersebut kembali digelar keluarga Kerajaan Gowa bersama Pemerintah Kabupaten Gowa. Berlangsung di Museum Balla Lompa Kabupaten Gowa, Minggu (11/8/2019), dalam kegiatan tersebut dihadiri langsung Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Wakil Bupati Gowa Abd. Rauf Malaganni, Keluarga Kerajaan Gowa dalam hal ini Andi Kumala Idjo Karaeng Lembang Parang, Keluarga Kerajaan Bone dan Karaeng Polongbangkeng.

Andi Kumala Idjo mewakili keluarga Kerajaan Gowa mengatakan, Accera aKalompoang ini dapat terlaksana dengan baik atas dukungan penuh dari Bupati Gowa dan pihak-pihak lainnya.

Baca Juga : Gerakan 1.000 Katto-katto di Bontonompo Bantu Wujudkan Program Gowa Aman

“Saya terlebih dahulu menyampaikan kepada keluarga bahwa acara Accera Kalompoang akan kembali dilaksanakan setelah dua tahun tidak terlaksana. Saya optimis ini dilaksanakan dengan aman karena juga didukung langsung Kapolres Gowa,” ujarnya.

Ia mengaku, kesalahpahaman antara Kerajaan Gowa dan pemerintah karena memang ada pihak-pihak yang tidak senang melihat persatuan dan kesatuan antara pemerintah daerah dengan keluarga besar kerajaan. Hanya saja, setelah melihat apresiasi Bupati Gowa kepada keluarga kerajaan maka kita berkomitmen untuk terus maju bersama mendukung pemerintah daerah dalam rangka membangun Kbupaten Gowa yang lebih baik.

“Bapak Bupati Gowa kita adalah pemuda yang memiliki pemikiran yang cemerlang kedepan dan ini yang harus kita dukung. Apa yang telah terjadi sebelum-sebelumnya tidak perlu lagi dipermasalahkan. Karena yang penting saat ini adalah sama-sama bersatu dan mendukung Kabupaten Gowa semakin lebih maju,” tegasnya.

Baca Juga : Bupati Gowa Husniah Lepas Kafilah STQH, Harap Bawa Pulang Prestasi

Bupati Adnan mengungkapkan, pada kesempatan tersebut sepatutnya kita bersyukur karena dapat kembali melaksanakan ritual Kerjaan Gowa setelah dua tahun berturut-turut tidak terlaksana karena adanya perbedaan antara pemerintah dan kerajaankerajaan.

“Kedatangan kita menghadiri dan melihat langsung proses pencucian benda-benda pusaka ini tidak lain karena kita memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yakni melihat dan menjaga budaya dan tradisi leluhur,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, digelarnya ritual Accera Kalompoang membuktikan bahwa tidak ada yang berat dilaksanakan jika itu dilakukan secara bersama-sama.

Baca Juga : Jumat Mengaji, Bupati Gowa Ajak Pegawai Khatam Al-Qur’an

“Digelarnya kembali ritual ini membuktikan komitmen kita bersama untuk terus menjaga persatuan. Termasuk pula tradisi para leluhur kita. Saya atas nama pemerintah menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan kita semua baik keluarga kerajaan dan pemerintah makan ritual ini dapat berlangsung dengan sangat baik,” ujarnya.

Menurutnya, pelaksanaan Accera Kalompoang ini sepakat dilaksanakan setelah dilakukannya pencabutan laporan di Mabes Polri oleh kedua belah pihak yakni antara keluarga Kerajaan Gowa dan Pemkab Gowa.

“Ini juga tidak terlepas dari dukungan Kapolres Gowa yang ikut membantu. Dalam hal ini membantu memediasi ke jajaran Mabes Polri,” terangnya.

Baca Juga : Hadiri Hari Jadi Bone ke-695 Tahun, Bupati Gowa Harap Kolaborasi Antardaerah Dorong Kemajuan Sulsel

Kedepannya diharapkan pemerintah dan kerajaan dapat terus bersama-sama dalam membangun daerah Kabupaten Gowa semakin lebih maju dan berkembang di masa akan datang.

Accera Kalompoang merupakan warisan budaya tak benda yang telah diberikan sertifikat secara resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 10 Oktober 2018. Pencucian benda-benda pusaka ini pula hanya dapat dikeluarkan dari tempatnya satu kali dalam setahun yaitu saat dilakukan pencucian benda atau Accera Kalompoang.

Ada 15 benda pusaka yang dicuci dalam proses pencucian. Pertama, Solokoa atau Mahkota terbuat dari emas murni, bertahtakan berlian dan permata sebanyak 250 butir. Ukuran garis tengah 30 centimeter dengan berat 1768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki 5 helai kelopak daun.

Baca Juga : Lepas dan Sambut Kapolres Gowa, Bupati Husniah Sebut Sinergitas Pemda dan Kepolisian Terjalin Baik

Solokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yanh digunakan sebagai mahkota ketika pelantikan Raja. Solokoa ini berasal dari Raja Gowa 1 yakni Tumanurung pada Abad 14.

Kedua, Sudanga atau sebilah senjata sakti sejenis kalewang (sonri) dari besi putih, berhulu dan bersarung tanduk binatang berhias emas putih berlief geometris serta lilitan rotan. Adapun panjangnya berukuran 72 cm, lebar 4 cm dan 9 cm.

Sudanga ini milik Karaeng Bayo, suami Karaeng Tumanurunga Baieneyea ri Tamalatea sekitar abad XIII, kemudian menjadi atribut legitimasi saat prosesi penobatan raja berkuasa.

Ketiga, Ponto Janga-Jangaya atau gelang berbentuk Naga Melingkar sebanyak 4 buah, gelang ini berbentuk emas murni dengan berat
985,5 gram. Benda pusaka ini berasal dari Tumanurung.

Keempat, Kolara atau Rante Kalompoang berbahan emas murni. Terdapat 4 Kolara masing-masing panjangnya 51 cm, 55 cm, 55 cm, dan 49 cm dengan berat keseluruhan 2.182 gram.

Kelima, Tatarapang atau sejenis keris emas bertahta permata dan besi tua sebagai pelengkapnya. Dipakai dalam upacara kerajaan, keris ini sepanjang 51 cm, lebar 13 cm dan berat 9865 gram

Keenam, Lasipo atau parang dari besi tua. Senjata sakti ini dipergunakan raja sebagai petanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan dikunjungi. Panjang parang ini sepanjang 62 cm, dan lebar 6 cm. Parang ini berasal dari Kerajaan Nunukan.

Ketujuh, Matatombak, matatombak yang dimiliki kerajaan ada tiga jenis. Pertama, Tama Dakkaya adalah matatombak yang dapat dipergunakan sebagai senjata sakti pada masa Kerajaan GGow. Panjangnya 49 cm dan lebar 3 cm. Kedua, matatombak jinga yang terbuat dari besi hitam, berfungsi sebagai senjata sakti Kerajaan Gowa. Panjangnya 45 cm dan 3 cm.

Kemudian matatombak Bu’le adalah anak sumpit dari besi hitam yang panjangnya 31 cm dan lebar 1,3 cm. Senjata ini berasal daridari Karaeng Loe di Bajeng.

Delapan, Berang Manurung atau sejenis kelewang/perang panjang. Parang ini bernama Manurung karena keberadaannya secara ghaib dibilik penyimpanan benda-benda pusaka.

Sembilan, Bangkarata’roe atau perhiasan berbentuk seperti antinganting-anting yang terbuat dari emas murni yang berjumlah 4 pasang. Anting-anting ini merupakan perlengkapan wanita dari pihak Raja pada kegiatan upacara.

Panjang anting-anting ini 62 cm, lebar 5 cm, berat 287 gram dan berasal dari Tumanurunga.

Sepuluh, Kancing Gaukang atau Kancing Bulaeng yang terbuat dari emas murni sebanyak 4 buah. Merupakan perlengkapan kerajaan dengan ukuran garis tengah 11,5 cm dan beratnya 277 gram. Pusaka ini berasal dari Tumanurunga.

Sebelas, Cincin Gaukang atau cincin dari emas murni dan perak sejenis batu. Benda ini merupakan alat perlengkapan perhiasan bagi wanita sejumlah 12 buah.

Duabelas, Tobo Kaluku atau Rante Manila sejenis emas sebagai perlengkapan pada upacara khusus kerajaan. Beratnya 270 gram, panjang 212 cm. Benda ini pemberian Kerajaan Sulu (Philipina Selatari sekitar Abad XVI).

Tigabelas, Pannyanggayya atau parang emasang terbuat dari rolan dan berambut ekor kuda. Panjangnya 22 cm yang dipakai pada upacara kerajaan khusus.

Empatbelas, Penning Emas atau medali emas yang terbuat dari emas murni. Merupakan pemberian Kerajaan Gowa 1.814, bentuknya bulat seberat 401 gram.

Limabelas, medali emas atau piagam penghargaan yanh terbuat dari emas murni. Penghargaan ini merupakan pemberian Kerajaan Belanda sebagai tanda kehormatan. Rantainya 110 cm, dan medalinya bergaris tengah 7,5 cm dan beratnya 110 gram.

Editor: Awang Darmawan

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Sulsel13 April 2025 14:14
PT Bayer Indonesia dan Pemdes Galesong Timur Kolaborasi Wujudkan Desa Mandiri Pangan
SULSELSATU.com, TAKALAR – PT Bayer Indonesia Seed Corn menggelar sosialisasi ketahanan pangan di Desa Galesong Timur. Sosialisasi itu terkait ta...
Sulsel13 April 2025 14:08
Jalan Poros Galesong Utara Memprihatinkan
SULSELSATU.com, TAKALAR – Warga Desa Kalukuang dan pengguna Jalan Poros Galesong Utara mengeluhkan kondisi jalan raya yang butuh perhatian pemer...
Video12 April 2025 21:06
VIDEO: Lakukan Aksi Perampasan di Komplek Militer, Empat Debt Collector BCA Finance Minta Maaf
SULSELSATU.com – Aksi premanisme dilakukan oleh empat debt collector BCA Finance. Aksi itu berupa penarikan sebuah unit mobil jenis Suzuki Ertig...
Sulsel12 April 2025 20:27
Gerakan 1.000 Katto-katto di Bontonompo Bantu Wujudkan Program Gowa Aman
Bupati Gowa Sitti Husniah Talenrang menghadiri Gerakan 1.000 Katto-katto yang diinisiasi oleh Pemerintah Kecamatan Bontonompo sekaligus Halalbihalal d...