SULSELSATU.com, JAKARTA – Puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Timur (AMT) mendesak Presiden Joko Widodo untuk menindak tegas pelaku rasial kepada orang Papua. Hal itu disampaikan saat massa berunjukrasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (20/8) sore.
Mereka mendesak Jokowi bertindak tegas terhadap aparat Polri dan TNI maupun kelompok masyarakat yang rasial kepada orang Papua.
Salah satu perwakilan AMT, Steven Eduard mengaku kecewa dengan sikap Jokowi yang justru hanya sebatas meminta masyarakat Papua memaafkan tindakan rasial yang dialami mahasiswa di Surabaya, Jawa Timur.
Baca Juga : VIDEO: Usai Purnatugas, Jokowi Terima Aduan Warga Terkait Ganti Rugi Lahan Jalan Tol
Menurutnya, pernyataan Jokowi yang sekadar imbauan itu tak bisa menjamin bahwa tindakan serupa tak akan terjadi lagi.
“Kalau (Jokowi) bilang (minta masyarakat Papua) memaafkan saja, apakah ada jaminan ini (rasial) tidak akan terulang kembali? Memaafkan bisa saja, tetapi kalau hal ini terus terulang kembali, ya sama saja tipu-tipu, mengundang perpecahan yang lebih besar lagi,” kata Eduard, seperti dilansir CNNIndonesia, Rabu (21/8/2019).
Eduard mengatakan Jokowi jangan sekadar meminta masyarakat Papua memaafkan perlakuan rasial, tetapi juga menindak tegas mereka yang merendahkan sesama anak bangsa.
Baca Juga : VIDEO: Presiden Jokowi Ungkap Arti Nama Cucu Keenam: Bebingah San Tansahayu
Menurutnya, sebenarnya Jokowi bisa memerintahkan anak buahnya turun langsung ke lapangan saat kejadian pengepungan Asrama Mahasiswa Papua, akhir pekan lalu, untuk meredam situasi sehingga tak membuat Tanah Papua ‘panas’.
“Seharusnya dia yang melakukan. Karena dia membiarkan, hal itu sampai bisa melebar. Bayangkan di Jayapura aman terkendali, tapi yang menonjol di Manokwari dan Sorong. Itu kan amarah publik. Kalau pemerintah bertindak cepat hal itu tak terjadi,” tuturnya.
Eduard menyatakan tindakan rasial tersebut bukan kali ini saja dialami masyarakat Papua, tetapi sudah terjadi beberapa tahun lalu. Bahkan, kata Eduard, kemungkinan perlakuan rasial ini berlangsung sejak Indonesia menganeksasi wilayah Papua.
Baca Juga : VIDEO: Jokowi Akui Tak Lagi Dapat Mengambil Keputusan Strategis
“Jadi kami menolak keras karena hal itu yang menyakitkan kami, karena hal itu juga yang dilakukan oleh aparat negara. Kami sudah menyaksikan dalam video yang viral itu, bahwa TNI juga ikut mengucapkan kata yang rasial sekali kepada kami, adik-adik mahasiswa Papua,” tuturnya.
“Kami siap melawan hal itu. Kami meminta supaya oknum TNI itu dipecat secara tidak terhormat,” kata Eduard menambahkan.
Eduard menyatakan berdasarkan pengakuan mahasiswa di Asrama Mahasiswa Papua, tak ada yang melakukan pencopotan bendera merah putih sampai membuangnya ke selokan saat menjelang 17 Agustus lalu.
Baca Juga : VIDEO: Pedagang Terharu saat Presiden Jokowi Tinjau Harga di Pasar Dukuh Kupang Surabaya
Bukti pencopotan merah putih juga tak ditemukan setelah 43 mahasiswa itu diperiksa. Eduard menyebut para mahasiswa itu tak keberatan bendera merah putih dipasang di sana.
“Tidak ada yang menunjukkan adik-adik ini yang melakukan pengerusakan atau membuang bendera itu ke selokan,” ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi mengakui ada hal yang membuat masyarakat Papua tersinggung. Namun, mantan Wali Kota Solo itu mengajak masyarakat Papua bersikap memaafkan.
Baca Juga : VIDEO: Jokowi Tiba-tiba Minta Maaf dan Pamitan ke Warga di Pasar Soponyono Surabaya
Jokowi menyampaikan hal itu merespons kerusuhan di Manokwari dan daerah lain di Papua yang terjadi Senin (19/8).
“Jadi, saudara-saudaraku, Pakce Mace, mama-mama di Papua, di Papua Barat, saya tahu ada ketersinggungan. Oleh sebab itu sebagai saudara sebangsa setanah air, yang paling baik memaafkan. Emosi itu boleh tapi memaafkan itu lebih baik. Sabar itu juga lebih baik,” kata Jokowi.
Jokowi meminta masyarakat Papua percaya kepada pemerintah. Kata Jokowi, pemerintah berusaha menjaga kehormatan dan kesejahteraan masyarakat di Papua dan Papua Barat.
“Yakinlah pemerintah menjaga kehormatan dan kesejahteraan Pakce Mace, mama-mama yang ada di Papua dan Papua Barat,” ujarnya.
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar