Trump Anggap Fraksi Demokrat Buat Lelucon Soal Pemakzulannya
SULSELSATU.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) merespons upaya fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan AS untuk melengserkannya atau memakzulkan. Trum menganggap rencana tersebut sebagai lelucon belaka.
“Ketika mereka melihat informasi tersebut, itu adalah sebuah lelucon. Pemakzulan karena alasan seperti itu?” kata Trump di New York pada Kamis (26/9).
Fraksi Demokrat di Dewan Perwakilan AS mulai membuka penyelidikan demi memulai proses pemakzulan Trump. Proses tersebut dibuka setelah Trump dituduh menyalahgunakan wewenang sebagai presiden untuk menghalangi langkah eks wakil presiden AS, Joe Biden, bersaing di pemilihan presiden pada 2020.
Trump dituduh menekan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk menyelidiki dugaan korupsi yang dilakukan putra Biden, Hunter Biden, yang merupakan anggota komisaris perusahaan energi Ukraina, Burisma.
Kasus dugaan korupsi itu diduga dibuat-buat lantaran Trump tidak memiliki bukti awal.
Proses penyelidikan untuk pemakzulan ini berawal dari laporan seorang whistleblower yang bekerja sebagai agen intelijen AS. Dia melaporkan hasil sadapan telepon antara Trump dan Zelensky pada 25 Juli lalu.
Dalam percakapannya, Trump dilaporkan mendesak Zelensky untuk menyelidiki dugaan korupsi Hunter. Dalam penelusurannya, Trump dilaporkan sudah delapan kali menghubungi Zelensky untuk mendesak agar permintaannya dikabulkan sejak sekitar Mei lalu.
Dikutip CNNIndonesia dari AFP, selain membantah tudingan itu, Trump melalui Gedung Putih juga merilis transkrip percakapannya dengan Zelensky.
Simpulan transkrip percakapan itu menunjukkan Trump mengatakan bahwa Jaksa Agung AS, Bill Barr, dan kuasa hukumnya, Rudy Giuliani, akan menghubungi Zelensky untuk membicarakan penyelidikan aktivitas bisnis Hunter Biden di Ukraina.
Transkrip itu tidak menunjukkan secara eksplisit bahwa Trump memberikan bantuan ke Ukraina agar Zelensky mau menyelidiki Biden. Namun, kedua pemimpin memang membahas sejumlah paket bantuan AS ke Ukraina yang sempat ditangguhkan Trump, dan kembali disalurkan dalam beberapa pekan terakhir.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News