Ketua PKK Sulsel Panen Talas Satoimo di Desa Tanralili Maros
SULSELSATU.com, MAROS – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sulsel, Lies F. Nurdin melakukan panen perdana talas beku atau yang lebih dikenal dengan nama talas satoimo, di Desa Tanralili, Kabupaten Maros, Kamis (17/10/2019).
Lies didampingi Ketua Dharma Wanita Sulsel Sri Rejeki, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulsel Fitriani, beserta Ketua TGUPP Sulsel Prof. Yusran Jusuf memanen talas yang kini menjadi komoditas ekspor.
Mengenakan caping, Lies terlihat bersemangat memanen talas yang diimpor sebanyak 8,8 ton ke Jepang pada pertengahan September 2019 lalu.
“Panen satoimo, termasuk program Pemprov Sulsel untuk menggalakkan tanaman talas satoimo, juga memberdayakan petaninya. Sebab satoimo sangat diperlukan oleh pemerintah Jepang,” jelas Lies usai melakukan panen.
Selain sebagai komoditi ekspor, talas satoimo yang tinggi protein dan kolagen dapat menjadi panganan penunjang kebutuhan masyarakat.
“Kalau sudah banyak di pasaran ini bisa ikut dikonsumsi oleh masyarakat umum,” jelas Lies.
Talas satoimo pertama kali dibudidayakan di Kabupaten Bantaeng dan hingga saat ini telah berhasil dikembangkan di sepuluh daerah di Sulsel. Di antaranya dikembangkan di kota Makassar, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Bone, dan Maros.
“Saat ini sudah ada 10 daerah yang menanam, dan bisa jadi percontohan daerah lain untuk menanam satoimo,” jelas Lies.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulsel, Fitriani mengatakan, kedatangan Lies F. Nurdin melakukan panen bersama petani memberi semangat dan motivasi bagi petani untuk terus meningkatkan kualitas tanaman talas satoimo.
“Kepedulian ibu (Lies F. Nurdin) mengunjungi petani dan melakukan panen bersama memberi semangat dan motivasi bagi petani untuk terus meningkatkan kualitas tanaman satoimo,” kata Fitriani.
Fitriani menambahakan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan pemanfaatan talas satoimo untuk menyuplai kebutuhan industri pangan yang membutuhkan tepung talas satoimo.
“Yang tidak bisa diekspor bisa diolah jadi tepung, segingga yang tidak bisa diekspor bisa tetap laku terjual di pasar,” kata Fitriani.
Ia berharap, kualitas talas yang dikembangkan oleh petani di Sulsel terus meningkat dan bisa menyamai kualitas talas satoimo Cina yang saat ini menjadi eksportir terbesar talas satoimo di Jepang.
“Jepang akan terus membeli talas kita selama sesuai standar kualitas yang mereka tetapkan,” tutup Fitriani.
Penulis: Jahir Majid
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News