SULSELSATU.com, MAKASSAR – Direktur Eksekutif Kebijakan Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung menyatakan, saat ini Sulawesi Selatan masih jauh dari ancaman resesi.
Menurut Juda, ancaman resesi ditandai dengan penurunan pertumbuhan signifikan setidaknya selama enam bulan atau dua kuartal berturut-turut.
Setidaknya, tanda-tanda awal resesi terlihat dari lima indikator ekonomi, yakni produk domestik bruto (PDB) riil, data pendapatan, pekerjaan, manufaktur, dan penjualan ritel.
Baca Juga : Rp98,65 Miliar Transaksi Ekspor UMKM Disepakati Selama AMBF x SSIF 2024
“Ini masih jauh dari ancaman resesi, yang namanya resesi itu kalau pertumbuhan ekonomi sudah negatif. Dua triwulan berturut-turut kita masih 5 persen,” kata Juda, Kamis (14/11/2019).
Jika dilihat dari hasil survei Bank Indonesia, lanjut dia, indeks kepercayaan konsumen rumah tangga terhadap perekononian masih tinggi.
Meski, Juda mengakui saat ini perlambatan ekonomi cenderung menurun. Namun, masih berada pada situasi yang aman.
Baca Juga : AMBF x SSIF 2024 Hadirkan 30 Exhibitor dengan Target Total Transaksi Rp9,5 Triliun
“Daya beli masyarakat masih terjaga. Kalau kita lihat hasil-hasil survei dari Bank Indonesia sebenarnya kepercayaan komsumen terhadap rumah tangga sebenarnya masih tinggi,” kata juda.
Penulis: Resti Setiawati
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar