Israel dan Palestina Sepakat Gencatan Senjata
SULSELSATU.com – Usai serangan roket terjadi secara berturut-turut selama dua hari terakhir, Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza sepakat untuk gencatan senjata, Kamis (14/11/2019). Diketahui, serangan roket tersebut menewaskan pimpinan Jihad Islam dan 34 warga sipil.
Selama dua hari berturut-turut Israel menembakkan lima roket ke arah Jalur Gaza. Terhitung mulai Kamis gencatan senjata dan larangan perang antar kedua pihak diberlakukan.
“Jam-jam dan hari-hari mendatang akan sangat penting. Semua harus menunjukkan upaya maksimum untuk mencegah adanya pertumpahan darah,” ujar pejabat Mesir dan PBB yang berperan sebagai mediator.
Baik pihak Jihad Islam maupun militer Israel mengonfirmasi bahwa gencatan senjata itu ditengahi oleh pejabat resmi Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana disampaikan utusan PBB untuk konflik Israel-Palestina, Nickolay Mladenov.
“#Mesir dan #PBB bekerja keras untuk mencegah eskalasi paling berbahaya di dan sekitar #Gaza yang dapat berujung #perang. Waktu dan hari yang akan datang akan menjadi kritis. SEMUA harus menunjukkan pengendalian maksimal dan melakukan tugas mereka untuk mencegah pertumpahan darah,” tulis Mladenov melalui akun Twitter pribadinya.
Seorang pejabat asal Mesir menyatakan gencatan senjata itu telah mencapai kesepakatan semalam setelah muncul persetujuan dari beberapa kelompok asal Palestina di Gaza yang berusaha mencegah kekerasan oleh demonstran selama demonstrasi berminggu-minggu di dekat pagar perbatasan. Timbal baliknya ialah Israel setuju untuk menghentikan pertempuran selama demonstrasi berlangsung.
Perjanjian ini secara efektif berlaku mulai pukul 5.30 pagi waktu setempat setelah serangan udara Israel menewaskan 34 warga Palestina. Kelompok Jihad Islam mengklaim sebagian besar korban tewas merupakan anggotanya.
Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tidak ikut berkomentar dan hanya meminta Jihad Islam untuk menghentikan serangan roketnya maupun menerima lebih banyak serangan. Ia menambahkan Israel tidak mau lagi eskalasi lebih lanjut meski telah bersiap menghadapinya tanpa ampun.
Militer Israel menuturkan pria yang tewas dalam serangan di Deir al Balah, jalur Gaza tengah, adalah komandan unit roket Jihad Islam. Namun masyarakat sekitar dan juru bicara kelompok militan tersebut berpendapat bahwa pria tersebut adalah seorang anggota kepolisian militer Otoritas Palestina.
“Ini adalah kejahatan perang. Anda membunuh anak-anak yang tidak bersalah yang sedang tidur di rumah,” kata warga setempat, Adan Abu Abdallah.
Akan tetapi, militer Israel membantahnya dengan berkeras bahwa pria itu merupakan komandan Jihad Islam.
“Dia adalah komandan Jihad Islam dan dia, seperti yang lainnya, punya strategi dalam menyembunyikan amunisi dan infrastruktur militer di dalam wilayah mereka. Tentu saja kami selalu berupaya untuk mengurangi jumlah korban tewas atau luka dari kalangan sipil,” kata juru bicara militer, Jonathan Conricus.
Serangan gabungan itu militer Israel dan pasukan keamanan domestik, Shin Bet, berawal dari Israel melakukan penyerangan di distrik Shujaiya, Jalur Gaza, yang menewaskan pemimpin kelompok militan Jihad Islam, Baha Abu Al-Ata beserta dengan istrinya pada Selasa dini hari. Rumahnya juga dilaporkan hancur pasca-serangan itu.
Serangan dua hari beruntun itu merupakan konflik terbaru Israel dan kelompok militan Palestina di Jalur Gaza setelah berperang selama tiga kali sejak tahun 2008. Kendati demikian, serangan itu juga terjadi di tengah kondisi politik Israel yang sedang sensitif dengan tidak adanya pemerintahan baru akibat buntu pada saat pembentukannya pasca-pemilihan beberapa bulan sebelumnya.
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News