JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) memastikan seluruh data pertanian nasional per 1 Desember 2019 akan berpusat di Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemusatan ini ditempuh SYL setelah data-data tentang pertanian tak ada yang akurat. Masing-masing pihak punya data sendiri-sendiri.
“Kalau kita punya data tidak pernah tepat atau semu data ini hanya asumsi-asumsi maka kita tidak pernah merencanakan dengan tepat apa yang harus kita lakukan,” ujar Syahrul di Kantor PT Charoen Pokhpan Indonesia, Jakarta, dilansir CNNIndonesia, Minggu (24/11/2019).
Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Data Statistik, Pemkab Gowa Perkuat Kolaborasi Dengan BPS
Syahrul menuturkan data yang difokuskan oleh pemerintah saat ini adalah data beras nasional. Dia berkata data mengenai beras termasuk lahan persawahan tidak boleh berdasarkan asumsi.
“Harus faktual,” ujarnya.
Lebih lanjut, politisi NasDem ini tidak mengelak adanya potensi kesalahan data pada saat proses penggabungan data dari berbagai kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Akan tetapi, dia meyakini perkembangan teknologi lambat laun akan meminimalisir potensi kesalahan data tersebut.
Baca Juga : VIDEO: Uang Hasil Korupsi SYL Diduga untuk Beli Alphard hingga Perawatan Wajah
Terlebih, dia menyebut pencitraan satelit yang kian mampu secara detil melihat lahan semakin menambah optimisme penurunan kesalahan data.
“Saya kira kita harus bisa yakini itu,” ujar Syahrul.
Sebelumnya, Syahrul menargetkan merampungkan satu data pertanian dalam 100 hari kerjanya. Satu data yang dimaksud terkait dengan data produksi, luas panen, dan data komoditas.
Baca Juga : VIDEO: Ini Alasan KPK terkait Percepatan Panangkapan SYL
“Pertama, akan ada satu data yang akurat, sehingga semua orang akan menjadikan itu sebagai acuan awal dan akhir. 100 hari harus selesai lah,” ujarnya saat mengunjungi kantor Trans Media Group, Kamis (24/10).
Terkait satu data pertanian itu, ia menyebut bakal berkoordinasi dengan BPS, pemerintah daerah, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan, hingga lurah dan desa.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar