SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kekuatan politik mantan Walikota Makassar Moh Ramdhan Pomanto dinilai semakin lemah dan tidak lagi menjadi pemain dominan di Pilwali Makassar 2020 mendatang.
Pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad menjelaskan kekuatan Danny otomatis melemah sejak jabatan walikota diemban oleh pelaksana tugas yang ditunjuk oleh Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah.
Posisi Danny di Pilwali 2020 dipastikan sangat berbeda dengan posisi Danny saat masih menjabat Walikota Makassar.
Baca Juga : VIDEO: Danny Pomanto Menangis di Acara Perpisahan dengan ASN
“2018 peluang Danny sangat besar, sekarang bukan lagi terhitung petahana. Selama 20 bulan meninggalkan Balaikota, itu saya kira Danny sangat menurun pengaruhnya. Danny otomatis kehilangan kekuatan politiknya. Apalagi karena perubahan perilaku para pendukung politiknya,” kata Firdaus, Senin (9/12/2019).
Firdaus menilai kekecewaan sejumlah partai politik pendukung Danny, akan membuat langkah arsitek tata kota itu ke depan menjadi jauh lebih berat dibanding Pilwali 2018.
“Apalagi di NasDem, Pak Danny cuma anggota biasa. Sekira dia Ketua DPD Kota, mungkin bisa (dapat tiket dan gerbong politik Nasdem) tapi kan hanya sebatas anggota. Jadi Danny selesai di internal partainya,” ungkap Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin ini.
Baca Juga : Jelang Akhir Jabatan, Danny Pomanto Resmikan Tiga Proyek Strategis Pemkot Makassar
Sementara Direktur Komunikasi PT General Survei Indonesia (GSI), Sukmayadi Maeruddin memprediksi elektabilitas Danny akan terus merosot jatuh jelang Pilwali 2020 mendatang.
“Kalau kita perhatikan tren, elektabilitas Danny akan terus turun hingga hari H Pilwali 2020. Sementara parpol tentu akan menyorot elektabilitas sebagai pertimbangan utama mendapatkan rekomendasi usungan,” ujar Sukmayadi.
Penulis: Asrul
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar