SULSELSATU.com, GOWA – Hari itu, Sabtu 30 November 2019 Komunitas Moto X RMS Sulawesi Selatan touring ke Kota Wisata Malino di Kabupaten Gowa.
Ratusan rider tergabung dalam komunitas motor tersebut start dari Makassar melintasi jalan menanjak, tikungan meliuk-liuk, terjal menuju Malino, kota kecil yang menyimpan banyak peristiwa penting di antaranya menjadi tempat dicetuskannya perdamaian beberapa wilayah konflik di nusantara, menjadikan Malino sebagai situs bersejarah.
Biasanya touring ke Malino hanya menikmati lekukan jalan yang menanjak terjal, menukik tajam hingga menepi di sisi jurang dan berbagai tantangan yang memicu nyali, memompa adrenalin yang memantik kenikmatan dan fantasi tersendiri bagi rider.
Baca Juga : Rusdi Masse Pimpin Pertemuan Strategis dengan Kepala Daerah Usungan NasDem di Sulsel
Kali ini unik dan tidak biasanya. Kegiatan touring ini mengagendakan sosialisasi 4 pilar (Pancasila, UUD’45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) Negara Republik Indonesia (NRI) dan pesertanya adalah para rider yang tergabung dalam Moto X RMS Sulawesi Selatan.
“Ini hal baru, tidak biasanya,” begitu kata Anggota DPR RI, Rusdi Masse Mappasessu disela seremonial sosialisasi 4 Pilar NKRI kepada penulis yang kebetulan duduk persis di samping beliau.
Dalam sambutan RMS (begitu akronim akrab Rusdi Masse Mappasessu) sebagai Anggota MPR RI mengatakan,
‘Situasi Bangsa dan Negara akhir-akhir ini seringkali mendapat gangguan ideologi, konstitusi, anti keberagaman, ancaman disintegrasi, oleh sebab itu sosialisasi 4 pilar sangat penting dilakukan agar sebagai bangsa kita tahu betapa pentingnya 4 pilar untuk dipahami, kita jaga, kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bangsa dan semua itu dilakukan demi Merah-Putih.
Baca Juga : Versi Hitung Cepat, 16 Usungan NasDem Menangkan Pilkada di Sulsel
Dari sambutan tersebut terdapat sebutir mutiara yang sungguh elok dan patriotik menurut penulis, ketika terlontar kata ‘Merah-Putih’ (maksudnya bendera Merah Putih) yang mungkin jarang atau bahkan tidak pernah terucap dari Anggota DPR RI dalam melakukan sosialisasi 4 pilar karena tidak terpikirkan, dianggap tidak penting atau bahkan tidak relevan dan tidak subtantif.
Kata merah-putih adalah hal biasa dan seringkali kita dengar di mana-mana, setiap upacara merah putih dikibarkan, tetapi ketika merah-putih dijadikan puncak dari penegakan 4 pilar itu menjadi luar biasa dan teramat bernilai.
Betapa tidak, merah-putih sudah ada sebelum Pancasila digali untuk falsafah bangsa, sebelum UUD’45 dirumuskan, sebelum kita mengenal NKRI, sebelum dicetusnya semboyan kebhinnekaan.
Baca Juga : Beri Bukti Kerja Kemanusiaan, Warga Pinrang: Terima Kasih Pak Rusdi Masse
Merah putih ada sebelum kemerdekaan yang menjadi simbol persatuan dan pemersatu masyarakat nusantara dalam melawan penjajah, merah-putih menjadi semangat patriotisme para pejuang dalam merebut dan membela kemerdekaan, merah-putih melambangkan keberanian dan ketulusan para pejuang dalam melawan bangsa asing demi kedaulatan tanah air, dan menjadi simbol kesadaran berbangsa yang harus berdaulat dari koloni bangsa asing.
Beberapa tahun yang lalu dalam pikir penulis terbesit
‘harusnya pilar Negara Republik Indonesia bukan 4 tapi 5 dan (bendera) merah-putih di urutan pertama karena di situlah jiwa dan semangat berbangsa terhimpun yang mempersatukan nusantara”.
Baca Juga : Dilantik Kembali Jadi Anggota DPR RI, Rusdi Masse Lanjutkan Amanah Warga Sulsel
Tapi malam itu pikir penulis menemukan ruang dialektika dan menjadi renungan ringan tapi cukup menyita energi berpikir hingga penulis sampai pada kesimpulan bahwa, merah putih disebut puncak dari penegakan 4 pilar berbangsa bernegara dan tergerak untuk menulis catatan ini sebagai napak-tilas suatu perjalanan yang unik dan tidak biasa sekaligus memperkaya literasi pembahasan 4 pilar, setidaknya bagi yang membaca dan menyelami catatan ini.
Bertahun pertanyaan itu mengganggu alam sadar penulis kenapa bendera merah-putih tidak dijadikan sebagai pilar berbangsa bernegara padahal dari merah putihlah lahir patriot-patriot bangsa, dari merah putihlah jiwa dan semangat persatuan bermula.
Tetapi sambutan Rusdi Masse memberikan jawaban yang mengejutkan, karena itu penulis sangat mengapresiasi dan berpendapat bahwa walaupun merah-putih tidak menjadi pilar NKRI tetapi merah putih adalah puncak dari tujuan ditegakkannya 4 pilar berbangsa-bernegara.
Baca Juga : Adaptasi Digital, Rusdi Masse Kampanyekan Andalan Hati lewat Live TikTok
Artinya, merah-putih adalah manifestasi dari seluruh rakyat Indonesia, manifestasi kecintaan tanah air, lambang kecintaan terhadap bangsa dan negara.
Yang mengagumkan karena kata-kata itu diucap oleh seorang yang menurut pengetahuan penulis (tidak bermaksud mengentengkan) belum pernah terlibat langsung dalam kajian-kajian khusus tentang kebangsaan, tentang negara, tentang tanah air tetapi memiliki kepekaan berbangsa, loncatan berpikir yang tajam dan tak terduga dengan menyebut bahwa penegakan 4 pilar tujuannya adalah untuk merah-putih, yang kemudian penulis penyebutnya puncak tujuan dari penegakan pilar berbangsa bernegara.
Setelah sambutan pengantar oleh Rusdi Masse Mappasessu, sebagai moderator penulis memberi prolog sebelum masuk materi yang diisi oleh Kepala Staf Kodim 1409 Gowa.
Dalam uraian Kasdim yang singkat, menekankan pada pentingnya persatuan dan kesatuan di tengah berbagai ancaman terhadap Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Usai kegiatan sosialisasi 4 pilar peserta diarahkan ke ruang terbuka tepat depan panggung, lalu diisi dengan acara hiburan dalam bentuk permainan yang cukup menghibur membuat peserta tertawa lepas dan menghangatkan dinginnya alam Malino.
Acara dipandu oleh personal SRM Indonesia asuhan Sandra Santi, seorang perempuan yang energik mampu menyingkap tirai gender dan meretas mitos perbedaan laki-laki dan perempuan dalam berkiprah.
Esok harinya Touring Merah Putih Moto X RMS melanjutkan kegiatan touring menyusuri jalan-jalan setapak Malino yang menanjak, menukik, menikung dan indah menakjubkan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bakti sosial dan wisata “pura-pura” jadi tentara tembak-tembakan bak perang gerilya di tengah hutan pinus yang tumbuh berbaris rapi menambah keelokan alam Malino, kota bersejarah itu.
Sepulang dari Malino, penulis mencoba berkontemplasi tentang merah putih yang menjadi puncak 4 pilar korelasinya dengan kegiatan touring tersebut, di ujung kontemplasi itu penulis menemukan nilai sampai pada kebulatan pikir bahwa kegiatan tersebut (maaf hanya misal) pantas dinamai “Touring Merah Putih”.
Sampai jumpa di touring akan datang.
Penulis: Masrudi Ahmad Sukaepa
Editor: Kink Kusuma Rein
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar