SULSELSATU.com, MAKASSAR – Mimpi calon petahana Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto (Danny) untuk kembali menjabat di periode kedua diprediksi akan berakhir buruk. Pasalnya, tingkat elektabilitas terus menurun drastis.
Fakta ini terungkap dalam diskusi ngobrol politik bertema “Bedah Arah Dukungan Gubernur di Pilwalkot Makassar 2020” yang digelar Komunitas Wartawan Politik Sulsel di Warkop 212 Toddopuli, Makassar, Minggu (29/12/2019).
Hasil riset PT Pedoman Suara Indonesia (PSI) menunjukkan elektabilitas Danny anjlok dari 56,84 persen pada Agustus 2019 menjadi tersisa 37,22 persen pada Desember 2019. Sementara di tengah bencana tren negatif (-) yang dialami Danny, semua calon penantang mengalami tren positif/kenaikan (+) elektabilitas yang cukup signifikan.
Baca Juga : VIDEO: Danny Pomanto Menangis di Acara Perpisahan dengan ASN
“Elektabilitas Danny Pomanto turun sebesar minus 19,62 persen. Sementara penantang seperti Appi (Munafri Arifuddin) naik sebesar plus 12,09 persen; Deng Ical (Syamsu Rizal MI) plus 6,88 persen; None (Irman Yasin Limpo) plus 1,32 persen; Cicu plus 0,59 persen; dan nama-nama lainnya lainnya naik di bawah plus 0,5 persen. Sedangkan swingvoter juga turun dari 12,38 persen pada Agustus 2019 menjadi tersisa 11,01 persen pada Desember 2019,” kata Direktur Eksekutif PT PSI, Dr Arief Wicaksono.
Arief yang juga Dekan Fisipol Universitas Bosowa (Unibos) ini melanjutkan, berdasarkan hasil kajian mereka, ada beberapa faktor utama yang ditenggarai menjadi penyebab anjloknya tingkat elektoral Danny.
Salah satunya adalah kebijakan mutasi semena-mena dan menyalahi aturan yang dilakukan Danny jelang akhir masa jabatannya sebagai walikota. Dimana semua ASN yang dipecat Danny dikembalikan ke jabatannya semula oleh Gubenur Sulsel, Nurdin Abdullah, berdasarkan perintah rekomendasi Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri).
Baca Juga : Jelang Akhir Jabatan, Danny Pomanto Resmikan Tiga Proyek Strategis Pemkot Makassar
“Yang mana, semuanya disebabkan oleh sikap dan perilaku Pak Danny sendiri. Karena ini sangat terkait dengan persoalan integritas dan komitmen seorang pemimpin. Dan bagi seorang petahana, jika trennya terus turun, itu bahaya,” ungkap Arief.
Penulis: Asrul
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar