SULSELSATU.com, GOWA – Warga Pangkabinanga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dilatih menghadapi peringatan dini dan evakuasi banjir Sungai Jeneberang.
Mereka serius mengikuti semua tahapan. Dimulai pemerintah mengeluarkan status air Sungai Jeneberang berada dalam status waspada, masyarakat mulai melakukan aksinya sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah di instruksikan.
Hingga proses evakuasi masyarakat yang dipusatkan di Yayasan Arifah Pangkabinanga Kec Pallangga Gowa, Rabu (22/1/2020).
Baca Juga : Bupati Gowa dan Istri Fashion Show di Hari Jadi Sulsel Ke-355 Tahun
Latihan digelar oleh Japan International Coorporate Agency (JICA) bekerjasama dengan BNPB, BPBD Provinsi Sulsel, BPBD Kabupaten Gowa dan para Peneliti UNHAS. Simulasi ini, melibatkan Stakeholder terkait, Komunitas Radio serta beberapa warga yang pernah mengalami bencana banjir pada tahun lalu, antara lain penyandang disabilitas, para Manula, orang hamil, orang dewasa serta anak kecil.
Deputi Pencegahan Bencana BNPB RI, Lilik Kurniawan menjelaskan terkait latihan dini yang dilaksanakan di Gowa.
“Kami memfasilitasi untuk membangun sistem peringatan dini di wilayah ini. Jika sudah terbangun dan terlatih maka masyarakat akan memahami dan dapat merespon informasi peringatan dini yang disampaikan. Tujuan utamanya meminimalisir bahkan meniadakan korban nyawa akibat banjir,” jelasnya.
Baca Juga : Adnan Minta Pengurus YJI Gowa Rutin Lakukan Edukasi Kesehatan Jantung ke Masyarakat
Peringatan dini memiliki beberapa fase. Sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh Lili.
“Pertama, sebelum ada kejadian bencana, kita sudah harus tahu daerah mana yang rawan banjir. Kita sudah harus punya data lengkap. Fase kedua, mengetahui penyebab banjirnya itu apa. Apakah curah hujannya cukup tinggi, sehingga menyebabkan Volume air di DAS Jeneberang meningkat, atau penyebab lainnya. Inilah yang kemudian diberikan tanda simple berupa warna,” terangnya.
Berdasarkan hasil dari kesepakan bersama ada tiga warna yang akan menjadi penanda ketinggian air di DAS Jeneberang yakni, warna kuning menandakan status waspada, warna orange siaga dan warna merah status awas.
Baca Juga : Pemkab Gowa Hadirkan Rumah Dilan Dorong Pendidikan dan Keterampilan Perempuan, Ada di 18 Kecamatan
“Setiap warna memiliki makna, jika air sudah berada pada warna kuning artinya kita berada di tahapan waspada. Berarti proses evakuaai terhadap kelompok rentan yaitu para manula, penyandang disabilitas, anak anak dan ibu hamil sudah harus berlangsung. Warna orange berartk siaga artinya semua warga yang berada di daerah rawan banjir semuanya sudah di evakuasi kelokasi yang ditetapkan sebagai titik evakuasi. Terkahir itu warna merah atau awas dimana seluruh warga harus berada di tempat posko yang telah ditetapkan,” jelas Lilik.
Salah satu warga Mapala kelurahan Pangkabinanga, Kamariah yang ikut dalam simulasi ini merasa sangat senang dengan dijadikannya kelurahan pangkabinangan sebagai pusat latihan Peringatan Dini dan Evakuasi Banjir Sungai Jeneberang.
“Kami warga mapala sangat apresiasi kegiatan ini, terlebih lagi melibatkan kami dalam simulasi ini. Sehingga suatu waktu jika terjadi hal yang serupa kami warga Mapala sudah tahu apa yang harus kami lakukan,” tuturnya.
Baca Juga : Mentan RI Andi Amran Sulaiman Serahkan Bantuan Total Rp65,4 Miliar ke Pemkab Gowa
Sekretaris Kabupaten Gowa, Muchlis berharap dengan adanya simulasi ini semakin meningkatkan daya tanggap masyarakat, termasuk seluruh aparat yang terkait kalau sekiranya nanti terjadi bencana seperti yang disimulasikan ini.
“Saya yakin dengan digelarnya simulasi ini betul-betul memberikan pemahaman kepada kita bersama mulai dari aparat dari berbagai elemen seluruh warga. Bagaimana tugas dan tanggung jawab ketika terjadi kondisi-kondisi yang siap untuk diantisipasi. Sehingga tidak terjadi korban yang besar terutama korban jiwa,” pungkasnya.
Editor: Awang Darmawan
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar