Tips Sehat Ala RSUD Andi Makkasau Parepare: Kenali Gejala DBD

Tips Sehat Ala RSUD Andi Makkasau Parepare: Kenali Gejala DBD

SULSELSATU.com, PAREPARE – Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) disebabkan oleh virus DBD yang menginfeksi manusia lewat gigitan nyamuk DBD atau nyamuk aedes aegypti.

Kepala Bagian Infokom RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, Mukramah menjelaskan, gejala penyakit DBD biasanya terlihat kurang lebih 15 hari setelah gigitan nyamuk. Pasien akan melalui tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan.

“Fase demam biasanya ditandai demam tinggi lebih dari 40 derajat celcius selama kurang lebih 2 hingga 7 hari, muka dan kulit memerah, nyeri pada tubuh, sakit kepala, mual dan muntah, infeksi tenggorokan dan sakit di sekitar bola mata,” ujarnya, Kamis (6/2/2020).

Kemudian, lanjut dia, fase kritis pada penyakit DBD dapat mengecoh karena demam akan turun drastis hingga ke suhu tubuh normal sekitar 37 derajat celcius. Gejala lainnya yaitu pasien merasa sembuh, berlangsung tidak lebih dari 38 jam, penurunan trombosit tiba-tiba, risiko kebocoran pembuluh darah, ditandai dengan muntah terus menerus, mimisan, pembesaran organ hati dan nyeri perut.

“Setelah berhasil melewati fase kritis, pasien penyakit DBD biasanya akan mengalami demam. Tubuh yang demam juga sebagai penanda bahwa trombosit ikut naik perlahan ke level normal. Pada saat melakukan tes kesehatan, pasien penyakit DBD dapat dikatakan sembuh jika trombosit dan sel darah putihnya kembali normal,” ujarnya.

Ia menambahkan, gejala lainnya yang dapat menjadi pertanda kecurigaan infeksi dengue adalah nyeri di belakang bola mata (retroorbita), serta nyeri atau pegal-pegal pada otot dan sendi.

Bintik-bintik kemerahan pada kulit penderita DBD atau DD kita sebut sebagai petekie. Petekie tersebut terjadi karena adanya perdarahan yang disebabkan oleh menurunnya kadar trombosit dalam darah. Mencegah lebih baik daripada mengobati.

“Strateginya dapat berupa mengubur tumpukan sampah kaleng atau barang bekas, menguras bak mandi atau penampung air lainnya secara teratur, membuang tumpukan cairan di bawah lemari es atau dispenser, mengisi kolam atau vas berisi air dengan ikan dan semacamnya. Tempat-tempat yang berpotensi menjadi genangan air sebaiknya ditutup,” tandasnya.

Penulis: Andi Fardi
Editor: Hendra Wijaya

 

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga