Erdogan Tolak Pengunduran Diri Mendagri Turki

Erdogan Tolak Pengunduran Diri Mendagri Turki

ANKARA – Presiden Recep Tayyip Erdogan menolak pengunduran diri Menteri Kesehatan Turki, Suleyman Soylu.

Suleyman menyatakan mengundurkan diri pasca-kekacauan kebijakan karantina wilayah atau lockdown sebagai dampak coronavirus diasse alias Covid-19.

Diketahui, Pemerintah Turki memutuskan untuk melakukan karantina wilayah atau lockdown seluruh negeri selama 48 jam untuk menangkal penyebaran Covid-19 pada Jumat (10/4/2020).

Namun, pengumumannya mendadak. Pengumuman baru dilakukan 2 jam sebelum pemberlakuan kebijakan lockdown. Imbasnya, terjadi kepanikan dan kekacauan massal di seluruh negeri, seperti belanja panik (panic buying) berbagai kebutuhan.

Kerumunan dan antrean terjadi dimana-mana. Aturan jarak sosial atau social distancing demi menghindari penularan corona pun terabaikan.

Suleyman kemudian mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu (12/4/2020) usai menuai kritik keras dari oposisi dan warga di media sosial atas kebijakannya.

“Semoga negara saya, yang tidak pernah ingin saya sakiti, dan presiden kami, yang kepadanya saya akan setia sepanjang hidup saya, memaafkan saya,” kata Soylu, dalam pernyataan pengunduran dirinya, dikutip dari AFP.

Menteri berusia 50 tahun itu pun mengaku “bertanggung jawab sepenuhnya atas penerapan kebijakan (karantina) ini”. Ia pun menambahkan bahwa hal itu dilakukan “dengan itikad baik”.

Padahal sebelumnya Suleyman, saat merespons kekacayan akibat pengumuman hari Jumat itu, mengatakan kebijakan lokcdown ini merupakan “instruksi” dari Presiden Erdogan.

Beberapa saat setelah pengumuman Suleyman itu, Erdogan menyatakan menolak pengunduran diri itu.

“Dia akan terus menjalankan fungsinya,” ujar dia.

Kemenkes Turki sendiri menyebut hampir 57.000 orang terinfeksi virus corona dengan 1.200 orang di antaranya meninggal.

Soylu menjabat Mendagri sejak 2016, atau sebulan sejak kudeta yang gagal menggulingkan Erdogan. Ia disebut ikut mengawasi pembersihan pasca-kudeta, termasuk upaya penangkapan ribuan warga, jurnalis, dan tokoh oposisi Kurdi.

Editor: Hendra Wijaya

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga