JAKARTA – Presiden AS Dolnald Trump menuding bahwa laboratorium di China merupakan sumber dari coronavirus disease (Covid-19).
Trump menekankan klaim tersebut kala sejumlah wartawan mempertanyakan kebenaran spekulasi bahwa virus corona berasal dari Institut Virologi di Wuhan, China.
Spekulasi ini berbeda dengan keyakinan selama ini bahwa virus itu pertama kali berkembang di pasar basah di Wuhan yang menjual hewan liar untuk konsumsi.
Baca Juga : VIDEO: Presiden Prabowo Telepon Donald Trump, Ucapkan Selamat
Ketika ditanya apakah Trump sudah mengantongi data yang memperkuat dugaan tersebut, sang presiden hanya berkata, “Ya, saya punya.”
Sebagaimana dilansir AFP, wartawan lantas bertanya lebih jauh data mana yang membuat Trump begitu yakin akan informasi tersebut.
Namun, Trump hanya menjawab, “Saya tidak bisa memberi tahu kalian.”
Baca Juga : Jadi Perusahaan Pembayar Pajak Terbesar, BRI Diapresiasi Oleh Negara
Trump sendiri kerap menggunakan isu cara China menangani virus corona sebagai bahan untuk kampanyenya menjelang pemilihan umum pada November mendatang.
Sebelumnya, sejumlah sumber menyebut bahwa Trump sempat mempertimbangkan tak membayar utang ke China sebagai “hukuman” atas virus corona yang menyebar ke AS.
Saat ditanya mengenai kemungkinan penerapan “hukuman” itu, Trump mengatakan ia punya cara lain untuk membuat China jera.
Baca Juga : Pengumuman! Restrukturisasi Kredit Perbankan Penanganan Pandemi Covid-19 Berakhir
“Saya bisa melakukannya dengan cara berbeda. Cara yang lebih benar. Saya bisa melakukannya dengan uang, dengan mengenakan tarif,” tutur Trump.
AS dan China hingga kini masih terlibat perang dagang. Kedua negara baru saja meneken kesepakatan damai dagang fase pertama pada Januari lalu.
Namun, AS menyatakan bakal tetap mengenakan tarif atas barang impor dari China hingga ada perjanjian fase II.
Baca Juga : PT Bumi Karsa Dirikan Posko Mudik, Bentuk Peduli Keselamatan dan Kenyamanan Para Pemudik
AS hanya setuju untuk menangguhkan tarif pada sejumlah produk elektronik senilai US$160 miliar dolar AS. Sedianya, tarif tersebut berlaku pada 15 Desember 2019 lalu.
Kesepakatan fase I ini diharapkan bisa menjadi awal baik setelah kedua negara terlibat perang dagang yang juga menyeret perekonomian global.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar