JAKARTA – Sistem pembelajaran yang ditetapkan Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan di TVRI dianggap tidak efektif lagi dewasa ini.
“Pembelajaran dari TVRI tidak efektif, karena tidak sesuai dengan segmennya. Generasi anak sekolah saat ini bukan generasi TV. Jadi, kesimpulannya [materi konten] TVRI tidak cocok untuk anak-anak,” kata Pengamat pendidikan dari Center of Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji dikutip CNNIndonesia, Senin (4/5/2020).
Menurut Indra, program belajar yang disiarkan lewat TVRI itu lebih cocok sebagai materi pemandu yang diperuntukkan kepada orang tua dan guru yang mendampingi proses belajar anak selama di rumah.
Baca Juga : Jadi Perusahaan Pembayar Pajak Terbesar, BRI Diapresiasi Oleh Negara
Indra menyebut kualitas pembelajaran terkini yang patut diterapkan kepada para siswa adalah model pembelajaran sederhana yang lebih menekankan kepada kreatifitas pikir dan inovasi anak-anak.
Alih-alih demikian, Indra menilai materi soal pembelajaran yang disiarkan dari TVRI lebih kepada isi kurikulum yang masih belum berkembang dari beberapa tahun silam.
“Kalau (Model pembelajaran) ini tahun 80-an cocok. Jadi modulnya tidak penting, bukan materinya yang penting, tapi caranya belajar, diajarkan caranya belajar,” kata Indra.
Baca Juga : Pengumuman! Restrukturisasi Kredit Perbankan Penanganan Pandemi Covid-19 Berakhir
“Kembalikan pendidikan itu sesuai dengan filosofinya, harusnya mengajarkan caranya belajar, learning how to learn bukan learning what to learn,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Kemendikbud telah menginisiasi Program Belajar dari Rumah yang disiarkan di stasiun televisi TVRI sejak pukul 08.00 sampai 23.00 WIB. Setiap jenjang sekolah sudah diberikan program televisi masing-masing dengan jadwal berbeda. Itu dilakukan untuk mengisi gap dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) antara guru dan murid yang terkendala jaringan internet selama masa pandemi Covid-19.
Program Belajar dari Rumah ini akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan sepanjang pandemi Covid-19. Nantinya akan dievaluasi lebih lanjut di akhir bulan ketiga penayangan program.
Baca Juga : PT Bumi Karsa Dirikan Posko Mudik, Bentuk Peduli Keselamatan dan Kenyamanan Para Pemudik
Menurut Indra, Nadiem merupakan seseorang dengan latar belakang dunia digtal, maka seharusnya kebijakan yang diterapkan adalah model pendidikan yang mampu membawa kreativitas pada siswa daripada ajaran-ajaran menghafal yang kontekstual.
“Soal di era zaman sekarang, soal yang baik adalah soal yang tidak ada kunci jawabannya, karena itu akan membutuhkan anak untuk berinovasi, kalau ada kunci jawaban tidak ada manfaat,” kata Indra.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Plt Dirut TVRI Supriyono tengah pekan lalu, Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian juga menyoroti kasus bocornya jawaban soal di platform lain yang muncul sebelum program tersebut ditayangkan di stasiun televisi nasional itu.
Baca Juga : Masyarakat Kabupaten Gowa Kini Tidak Wajib Pakai Masker di Ruang Publik, Aturan Telah Dicabut
“Mungkin apakah disengaja atau tidak sengaja dan bagaimana supaya kunci jawaban tidak bocor agar bisa menambah efektifitas program pembelajaran,” kata Hetifah kala itu.
Plt Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Muhammad Hamid mengaku materi soal yang diberikan dalam program belajar dari rumah siaran TVRI sudah disesuaikan dengan materi kurikulum saat ini.
“Materi disesuaikan dengan materi esensial yang ada di kurikulum. Materi TVRI hanya mencakup lima hal; literasi, numerasi, pendidikan karakter siswa, parenting dan seni budaya,” kata Hamid melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin.
Baca Juga : Bisa Kembali Beraktivitas Normal, Begini Cara Menjaga Kesehatan Tubuh
Hamid menyatakan lima pokok materi soal tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran teks, gambar, video, animasi untuk menunjang kreatifitas anak. HAmid mengatkan pihaknya hanya mencantumkan materi pokok dan tidak secara keseluruhan.
“Jadi tidak semua isi kurikulum dimasukkan dalam program belajar di TVRI,” imbuhnya.
Sementara itu, sebelumnya, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga mengeluhkan sistem pembelajaran dari rumah di tengah pandemi covid-19 ini.
FSGI menilai turunnya kualitas pendidikan anak-anak tanpa disertai pembaharuan dalam hal kegiatan belajar mengajar.
Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim mengatakan guru terpaksa memadatkan materi pembelajaran dalam kurikulum–misal, dari yang mestinya 10 bab menjadi 5 bab saja.
Pengurangan materi dalam kurikulum ini juga diatur dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Akibatnya, materi yang diterima siswa pun tidak maksimal, sehingga ia menyarankan kepada Kemendikbud untuk memberikan materi soal yang merujuk kepada keterampilan diri alih-alih pada proses belajar menghitung dan menghafal yang kontekstual.
“Misalnya melonggarkan bobot materi yang diajarkan, kemudian penilaian dimodifikasi lebih ke life skill bagaimana siswa bantu orang tua, partisipasi di rumah, dan sebagainya,” Kata Satriawan.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sudah diberlakukan sebulan lebih di sebagian besar daerah di Indonesia. Kemendikbud sendiri tengah merangkai skenario kemungkinan PJJ diterapkan hingga tahun ajaran baru 2020/2021.
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar