KOLOM: Kidung Cinta Jalan Sunyi Relawan Akhirat Indonesia
SULSELSATU.com – Menggenapkan pemahaman yang jauh terpendar. Tak ada suara kecuali tentang riuh batin, melintas dan menyintas melampaui segala dimensi perasaan.
Sebuah jalan sunyi yang mengajarkan banyak makna tentang bisikan hati yang paling tulus. Aku pilih jalan ini, jalan yang tidak banyak dilalui. Bukan lagi perihal menganalogikan bulan itu indah, tapi sebuah proses rekonstruksi batin, tentang penegasan yang kita sebut tujuan.
Antara ruang waktu dan ketiadaan, inilah realitas hidup yang terkurung menunggu kematian. Kita adalah makhluk yang bertanya, yang mencari identitas dirinya, makhluk dengan kesadaran mengurai simpul-simpul sejarahnya.
Merekam kesadaran tentang siapa aku dan akan ke mana. Hidup adalah rangkuman yang mengalir, seperti angin dan hujan menerpa badan. Jika yang kita lakoni hanyalah sebatas singgah dan meninggalkan luka, lalu masih adakah gairah melanjutkannya?.
Semoga tak lekas diri ini terkutuk. Sepanjang hidup mengejar fatamorgana, hampir padam hati layu oleh cinta dunia. Tak sanggup lagi rasanya berjalan sebab bodoh yang tak terbantahkan.
Menempuh dan menapaki jalan sunyi, sepi dari sanjung dan puja, merayap menjauh dari jerat kepalsuan. Gerangan apa mampu kugambarkan bahwa sepi memang harus dihargai, inilah jalan sunyi dengan keteguhan, berjalan dan tertatih dalam titian pemahaman.
Kadang sunyi berisi riuh yang melengkapi, tanpa perlu tepukan tangan untuk menguji, tanpa pujian sebagai akhir tempat berdiri. Memilah-milah kata agar tersusun frasa, titik dan koma menyempurnakan tekad membuka tabir untuk kita, anda, dan semua yang berjiwa dengan lugas ingin kukabarkan untukmu yang serupa denganku.
Inilah risalah yang tak lelah kita lidahkan siang dan malam, mengajarkan bagaimana membaca wajah sejarah. Lihatlah pada mata berkibar sebuah bendera, mengabarkan gelora cinta pada keabadian. Perjalanan merekam kisah yang bertutur pada sunyi, membangun biografi abadi.
Inilah perjalanan cinta Relawan Akhirat, sebagai sebuah proses dari setiap momen, pada detik yang disebut sejarah dan pada rentang yang disebut masa lalu.
Perjalanan Cinta Relawan Akhirat Indonesia, mengalir dalam ritme dinamis, seperti daun tahu kapan harus kering dan kapan harus gugur. Masih ada waktu runtuhkan kerasnya gelombang yang menghantam. Jika kedinginan, mungkin terlalu lama bercanda dengan gerimis.
Jemari mulai menggigil merindukan dekap panas secangkir kopi. Ada lelah dalam lengkingan waktu seolah mencekik jantung. Terkapar sudah tautan yang terbangun sepi menantikan apa yang semestinya.
Tetap di sini, tertawa dan menangis dalam satu langit. Di jalan sunyi kita mendeterminasikan hidup melahirkan persepsi bahwa sesuatu yang ada di dunia ini merupakan ciptaan dari Allah yang Maha Kuasa. Termasuk dari segala apa yang diciptakan-Nya tidak satu pun tanpa tujuan dan manfaat.
Manusia yang tidak tahu tujuan diciptakannya maka hidupnya akan terombang ambing dan tidak jelas arah ke mana dia akan berjalan. Untuk itu, bersyukur bagi manusia yang menyadari dan mampu menghayati tujuan hidupnya. Ia akan mengarahkan jalannya pada jalan keselamatan bukan kejahiliahan yang menyesatkan.
Jalan sunyi Relawan Akhirat adalah proses penetapan terhadap posisi untuk dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik, sebab manusia bukanlah mahkluk yang pasif. Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam kehidupan yang terdefinisikan.
Imam Qatadah, mengatakan bahwa jalan mendaki adalah jalan kesulitan yang sangat berat lagi menyusahkan. Namun orang-orang beriman menceburkan diri dalam kesulitan mentaati Allah Ta’ala. Sulit menurut kadar hawa nafsu, tapi lezat menurut kadar iman (khalaawatul imaan).
Untuk menaklukkan jalan mendaki itu, hanya dapat dihadapi oleh manusia-manusia yang benar-benar paham hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Untuk apa ia hidup? Untuk siapa dia hidup? Dan akan ke mana akhir hidup?
Dengan pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan inilah, manusia-manusia pilihan akan berupaya komitmen dengan nilai-nilai kebenaran dan konsisten menuju puncak ketakwaan dan keimanannya. Tekadnya selalu membara menghadapi ujian dan tantangan, diiringi terus meningkatkan segala potensi dirinya untuk meraih dan mencapai keridhaan Allah.
Dengan tekad dan kekuatan potensi dirinya, ia akan senantiasa melakukan pengorbanan dengan apa yang ia miliki, dengan apa yang ia cintai, dan dengan apa yang ia kuasai demi bertahan dalam perjuangan hidup, demi kehormatan Islam dan kaum Muslimin, “Li izzil Islam wal Muslimin”.
Mereka adalah hamba-hamba Allah yang senantiasa melukiskan tinta emas amal unggulan dalam lembaran-lembaran dan kanvas kehidupannya.
Mereka tidak pernah mengenal kata “lelah, letih dan sulit” dalam menapaki jalan terjal perjuangan. Yang ada dan terus ditancapkan adalah “Lillaah…. Lillaah… Lillaah”.
Penulis: RAI Makasssar
Editor: Kink Kusuma Rein
Cek berita dan artikel yang lain di Google News