JAKARTA – Unjuk rasa soal protes pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat sudah memasuki hari ke-10. Demo terjadi di mana-mana.
Meski secara berangsur-angsur aksi tersebut mulai terkendali dan berjalan damai, tetapi di beberapa kota masih terjadi bentrokan antara massa demonstran dan aparat keamanan.
Dilansir CNN, demonstrasi terjadi di kota besar dan kecil.
Baca Juga : Penembakan Brutal di Turale AS, Ibu dan Bayi 6 Bulan Tewas
Sejumlah orang bahkan sempat membuat aksi unjuk rasa tersebut tercoreng akibat tindakan mereka yang melakukan kerusuhan, perusakan fasilitas umum dan pribadi, serta menjarah gerai swalayan.
Massa demonstran tetap turun ke jalan berhari-hari. Mereka bahkan terlibat bentrok dengan aparat keamanan.
Pemerintah di sejumlah negara bagian AS sempat memberlakukan jam malam, tetapi nampaknya kebijakan itu tidak mampu membendung demonstrasi. Meski begitu, pemerintah kota Los Angeles dan Washington D.C., memutuskan mencabut jam malam setelah situasi berangsur terkendali, meski demonstran masih turun ke jalan.
Baca Juga : Panel Surya Indonesia Siap Bersaing di Amerika Serikat, Pemerintah Harap Ekspor Meningkat
Dilaporkan sekitar 11 ribu orang yang terlibat aksi demonstrasi atau kriminal dalam kejadian itu ditangkap.
Demonstrasi juga terjadi di ibu kota Washington D.C. Presiden Donald Trump dilaporkan sempat dilarikan ke ruang perlindungan bawah tanah (bunker) saat demonstrasi di sekitar Gedung Putih mulai tidak terkendali.
Pemerintah di sejumlah negara bagian AS sempat memberlakukan jam malam, tetapi nampaknya kebijakan itu tidak mampu membendung demonstrasi. Meski begitu, pemerintah kota Los Angeles dan Washington D.C., memutuskan mencabut jam malam setelah situasi berangsur terkendali, meski demonstran masih turun ke jalan.
Baca Juga : Ada Warga Amerika Terpilih Jadi Bupati di NTT
Lampu Gedung Putih juga sempat dimatikan ketika demonstrasi terjadi. Trump lantas mengerahkan polisi dan aparat penegak hukum lain seperti Biro Penyelidik Federal (FBI) dan Badan Pemberantasan Narkoba (DEA), serta pasukan korps Garda Nasional untuk berjaga di sekitar Washington D.C.
Trump juga menyatakan tidak segan memerintahkan aparat keamanan untuk bersikap keras, atau melakukan tembak di tempat, dan mengerahkan pasukan reguler. Namun, ide itu justru ditentang oleh Menteri Pertahanan Mark Esper.
Kritik untuk Trump terkait penanganan unjuk rasa datang dari mantan Menhan James Mattis dan mantan panglima militer AS dalam operasi militer di Afghanistan, Jenderal John Allen.
Baca Juga : AS Ajak ASEAN Putuskan Hubungan dengan Perusahaan China
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar