Logo Sulselsatu

Prabowo Didesak Batalkan Pembelian Jet Bekas Austria

Asrul
Asrul

Selasa, 28 Juli 2020 20:44

Menhan Prabowo Subianto. (int)
Menhan Prabowo Subianto. (int)

JAKARTA – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto didesak untuk membatalkan rencana pembelian jet tempur bekas jenis Eurofighter Thypoon dari Austria.

Penolakan ini dari koalisi masyarakat sipil untuk sektor reformasi keamanan. Ada 11 organisasi yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil seperti Indonesian Corruption Watch, Imparsial, SETARA Institute, KontraS, Public Virtue Institute, ELSAM, PILNET Indonesia, LBH Jakarta, PBHI, dan Human Rights Working Group (HRWG).

Wakil Direktur Imparsial, Ghufron Mabruri menilai rencana pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon bekas oleh Kemenhan itu berpotensi menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

Baca Juga : VIDEO: Presiden Prabowo Subianto Panggil Jaksa Agung ke Istana

Ghufron menyebut, ide pembelian Typhoon bukan hanya tidak tepat, namun juga bakal mengulang kesalahan lama Kemenhan terkait akuntabilitas anggaran dengan pengadaan alutsista bekas.

“Dan yang lebih berbahaya lagi adalah penggunaannya oleh prajurit TNI menghadapi risiko terjadi kecelakaan,” kata Ghufron dalam keterangannya, Selasa (28/7/2020).

Selain itu, ia mengatakan pembelian armada tempur yang telah berusia 20 tahun itu pun akan lebih memboroskan anggaran dibanding membeli pesawat baru. Apalagi, pemerintah Austria juga dikabarkan sudah menghentikan semua penggunaan armada Eurofighter Typhoon itu pada 2017 lalu.

Baca Juga : VIDEO: Presiden Joko Widodo Puji Kinerja Menhan Prabowo Subianto

Selain itu, Ghufron mengatakan, Typhoon yang dibuat pada 2007 itu, menurut pernyataan Pemerintah Austria juga telah memasuki masa inefisiensi dalam pengoperasiannya.

Oleh karena itu, menurut dia, Kemenhan tidak memiliki alasan kuat untuk membeli pesawat tersebut.

“Baik dari aspek teknis-yuridis, aspek teknis-operasional pesawat, termasuk menimbang efisiensi anggaran negara,” katanya.

Baca Juga : Ketika Dasi Mentan Dirapikan Prabowo

Menurut Ghufron, jika rencana pembelian ini direalisasikan, ada potensi pemerintah Indonesia harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk mengoperasikan dan merawat pesawat tersebut.

Apalagi, menurut pemerintah Austria sendiri, ujar Ghufron, pengoperasian Thypoon hingga habis usia pesawat, bakal menghabiskan anggaran sekitar 5 miliar euro. Jumlah itu masih jauh lebih besar ketimbang membeli pesawat baru, yang dapat memberi nilai efisiensi sampai 2 miliar euro.

Sedangkan diketahui, usia Typhoon yang akan dibeli Kemenhan saat ini berusia 20 tahun. Adapun masa pengoperasian pesawat tempur di rentan waktu 25-30 tahun.

Baca Juga : VIDEO: Presiden Terpilih Prabowo Subianto Rencanakan Perayaan HUT ke-80 RI di Istana Negara Nusantara

“Jika menghitung kembali dengan nilai efisiensi alat yang dibeli, tentu Indonesia akan lebih mendapatkan manfaat besar apabila membeli pesawat tempur baru yang dibutuhkan untuk kepentingan melindungi udara Indonesia dari potensi gangguan,” kata dia.

Selain itu, Ghufron turut mengkhawatirkan, pembelian pesawat bekas oleh pemerintah ini akan menjadikan Indonesia terkesan menjadi pasar alutsista bekas di mata dunia.

Di sisi lain, ia juga berpandangan, pembelian Typhoon berpotensi menjadi penyimpangan akibat tak ada standar harga yang pasti.

Baca Juga : VIDEO: Prabowo Subianto: Untuk Apa Bangun Gedung-gedung, Kereta Cepat jika Negara Tidak Aman

Pasalnya, menurut Ghufron, mengutip laporan dari Transparency International dalam survei ‘Government Defence Anti-Corruption Index 2015’, Indonesia masih tergolong sebagai negara yang memiliki risiko tinggi terkait risiko korupsi di sektor militer atau pertahanan.

Hasil survei itu menempatkan Indonesia dengan nilai D terkait risiko korupsi tersebut, setara dengan negara-negara seperti Namibia, Kenya, dan Bangladesh.

Ghufron pun mendesak setiap pengadaan alutsista harus mengikuti ketentuan dalam UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Sehingga setiap pengadaan alutsista baru hendaknya diiringi mekanisme offset atau transfer teknologi.

“Selain itu, Kementerian Pertahanan harus fokus pada kemandirian industri pertahanan sehingga pengadaan alutsista harusnya memprioritaskan pembelian dari dalam negeri,” kata dia.

Editor: Hendra Wijaya

 

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Video15 Januari 2025 21:20
VIDEO: Kapal Tongkang Batu Bara Hantam Cafe Tepi Mahakam di Samarinda
SULSELSATU.com – Sebuah kapal tongkang bermuatan batu bara menghantam Cafe Tepi Mahakam, Samarinda. Kejadian itu saat hujan deras mengguyur wila...
Pendidikan15 Januari 2025 20:45
Asmo Sulsel Kembali Gencarkan Edukasi Safety Riding ke Sekolah
Astra Motor Sulawesi Selatan (Asmo Sulsel) tidak hentinya memberikan edukasi tentang keselamatan berkendara di jalan kepada pelajar....
Hukum15 Januari 2025 19:08
Kakanwil Kemenkum Sulsel Terima Kunjungan BEM FH UMI, Bahas Sinergi Program Kemahasiswaan
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan (Kakanwil Kemenkum Sulsel), Andi Basmal, menerima kunjun...
Video15 Januari 2025 18:54
VIDEO: Aksi Pencurian Digagalkan Warga, Kabur dan Kembali Mengambil Sepeda Motor
SULSELSATU.com – Aksi pencurian viral lantaran kepergok warga usai melancarkan aksinya. Pelaku melancarkan aksinya di sebuah perumahan di Wagir,...