Ini Sejumlah Negara yang Masuki Jurang Resesi Ekonomi Dampak Covid-19

Ini Sejumlah Negara yang Masuki Jurang Resesi Ekonomi Dampak Covid-19

JAKARTA – Ekonomi sejumlah negara mulai terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19. Negara-negara besar mulai memasuki jurang resesi.

Resesi adalah keadaan ketika suatu negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih.

Berikut adalah negara-negara yang secara resmi dinyatakan memasuki jurang resesi:

1. Amerika Serikat

Negara adidaya AS tak berdaya melawan dampak pandemi virus Coroba setelah perekonomiannya terkontraksi atau minus 32,9 persen pada kuartal II 2020. Dengan kondisi itu Negeri Paman Sam resmi masuk ke jurang resesi karena kuartal I 2020 pun tercatat tumbuh minus 5 persen.

Kondisi ini menempatkan AS ke ekonomi terburuk sejak 1947. Penurunan ekonomi ini disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang turun 34,6 persen secara tahunan. Padahal, indikator ini merupakan penyumbang utama ekonomi AS selama ini.

2. Jerman

Pemerintah Jerman mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman minus 10,1 persen. Jerman resmi masuk ke jurang resesi. Pasalnya, PDB Jerman kontraksi 2,2 persen pada kuartal I 2020.

Badan Statistik Federal Jerman menyebut kontraksi dalam PDB menjadi terbesar dan lebih parah dari krisis keuangan 2008-2009. Upaya penanggulangan pandemi virus corona membuat ekonomi anjlok terutama pada sektor ekspor dan impor.

Namun, di tengah resesi ini, Jerman berhasil menahan angka PHK. Angka pengangguran yang dirilis bersamaan dengan PDB menunjukkan stabil 6,4 persen pada Juli, sama seperti bulan sebelumnya.

3. Hong Kong

Hong Kong genap mengalami resesi ekonomi selama empat kuartal berturut-turut sejak 2019. Hong Kong terperosok kian dalam ke jurang resesi pada kuartal II 2020, terkontraksi 9 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

Tercatat pada kuartal III 2019 lalu, laju ekonomi Hong Kong minus 2,8 persen karena aksi demo berkepanjangan. Pada kuartal IV 2019, ekonomi Hong Kong kembali jatuh minus 3 persen yang membuat Hong Kong resmi terperosok ke jurang resesi.

Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan Hong Kong menghadapi jalan bergelombang menuju pemulihan ekonomi. Sebab, kasus baru virus corona di Hong Kong juga melonjak akhir-akhir ini. Imbasnya, pemerintah Hong Kong kembali memberlakukan pembatasan sosial.

Di sisi lain, Hong Kong juga kena dampak negatif kembali memanasnya tensi AS-China yang menambah ketidakpastian ekonomi global. Terlebih Hong Kong menjadi sumber api perselisihan AS-China setelah pemerintah China memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada awal Juli.

“Bersama-sama dengan terulangnya epidemi lokal baru-baru ini, (faktor-faktor ini) menunjukkan bahwa mungkin diperlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan bagi ekonomi lokal untuk pulih,” kata Chan.

4. Korea Selatan

Korsel juga tak mampu mengelak dari hantaman pandemi dan dinyatakan mengalami resesi pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir karena anjloknya ekspor.

Bank of Korea mengumumkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel terjun 3,3 persen pada kuartal II atau periode April-Juni dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,3 persen.

Penurunan pertumbuhan ekonomi per kuartal ini bahkan menjadi yang terburuk setelah resesi 1998 silam.

Ekspor terjun bebas 16,6 persen atau tercuram sejak 1963 silam. Sementara, impor terjungkal sebesar 7,4 persen. Namun, konsumsi rumah tangga naik 1,4 persen karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama seperti mobil dan peralatan rumah tangga.

“Ekonomi Korsel telah turun sejak 2017 dan guncangan virus corona mempercepat perlambatan ekonomi,” tutur Direktur Bank of Korea Park Yang-Soo.

5. Singapura

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mengumumkan data awal (prelimenary) pertumbuhan ekonomi Singapura anjlok 41,2 persen pada kuartal II 2020 dibandingkan kuartal sebelumnya. Sejumlah analis menilai kinerja kuartalan itu merupakan yang terburuk selama pencatatan.

Secara tahunan, ekonomi Singapura juga terkontraksi 12 persen. Penurunan itu lebih dalam dibandingkan kuartal I 2020 yang minus 0,7 persen.

MTI mengungkapkan pembatasan aktivitas yang diterapkan selama awal April hingga awal Juni untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. Kebijakan itu mengakibatkan sejumlah bisnis menutup operasionalnya sementara.

Kontraksi kinerja ekonomi terjadi karena negara yang sangat bergantung pada perdagangan itu terpukul oleh pandemi virus corona. Para analis menilai kinerja ekonomi Singapura menjadi sinyal peringatan penurunan laju ekonomi global.

“Ini merupakan data kuartal terburuk selama 55 tahun sejarah Singapura,” ujar Ekonom CIMB Private Banking Song Seng Wun.

Editor: Hendra Wijaya

 

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga