Susul UEA, Sudan Buka Peluang Damai dengan Israel

Susul UEA, Sudan Buka Peluang Damai dengan Israel

JAKARTA – Pemerintah Sudan membuka peluang untuk berdamai dan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Negera ini kemungkinan besar menyusul langkah Uni Emirat Arab (UEA).

Sudan juga adalah anggota Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Sudan, Haidar Badawi Sadiq, menyatakan saat ini mereka memang memiliki pandangan untuk berdamai dengan Israel, dan membina hubungan yang setara dan sejalan dengan kepentingan Sudan.

“Kami ingin mencapai kesepakatan yang sejalan dengan kepentingan Sudan tanpa mengorbankan nilai-nilai dan prinsip yang kami usung,” kata Sadiq, seperti dilansir Al-Monitor, Kamis (20/8/2020).

Sadiq juga menyatakan kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Israel sebagai langkah berani.

Pernyataan Sadiq langsung ditanggapi oleh Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi.

“Pengumuman oleh Kementerian Luar Negeri Sudan memperlihatkan perubahan mendasar yang terjadi di Timur Tengah secara umum, dan di Sudan khususnya, setelah 53 tahun Konferensi Khartoum yang menyatakan Sudan tidak akan mengakui Israel sebagai negara,” cuit Ashkenazi.

“Kegiatan diplomatik Israel yang dilakukan Kementerian Luar Negeri akan melanjutkan upaya membuka peluang seperti hubungan antara Israel dan Sudan,” lanjut Ashkenazi.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung merespon pernyataan Kemenlu Sudan.

“Israel, Sudan dan seluruh wilayah akan memetik keuntungan dari perjanjian damai, dan bersama-sama kita akan membangun masa depan yang lebih baik bagi para penduduk di kawasan itu. Kami akan melakukan segala hal yang diperlukan untuk mewujudkan ini menjadi kenyataan,” kata Netanyahu.

Di masa lalu, Sudan menjadi perlintasan penyelundupan senjata dari Iran menuju Jalur Gaza. Pada 2012, Sudan menuduh Israel sengaja meledakkan pabrik senjata di Khartoum.

Akan tetapi, setelah Omar al-Bashir dikudeta, kebijakan Sudan berubah 180 derajat.

Pada Februari lalu, Netanyahu dilaporkan bertemu dengan Kepala Dewan Kedaulatan Sudan, Jenderal Abdel Fatah al-Burhan, secara diam-diam. Diduga Sudan tertarik dengan peralatan militer dan kemampuan intelijen Israel.

Sampai saat ini Sudan masih masuk di dalam daftar hitam Amerika Serikat, karena dinilai mendukung terorisme. Alhasil, mereka dijatuhi sejumlah sanksi.

Kemungkinan Sudan yang juga dalam kondisi krisis ekonomi berusaha keluar dari daftar itu dan mendapatkan bantuan dari AS, dengan cara melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Selain itu, Sudan juga tertarik dengan program pertanian dan manajemen air yang diterapkan Israel.

Akan tetapi, Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Sudan, Omar Qamar al-Din Ismail, membantah kabar bahwa mereka sedang berunding dengan Israel. Dia juga mengklaim terkejut dengan pernyataan Sadiq.

Akan tetapi, menurut sumber, proses mediasi antara Sudan dan Israel sudah berlangsung berbulan-bulan.

UEA dan Israel sepakat melakukan normalisasi hubungan pada 13 Agustus. Sejumlah pihak, seperti Iran dan Otoritas Palestina, mengecam keputusan itu.

Editor: Hendra Wijaya

 

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga