Kemarau Tiba, Warga Tumpabiring Maros Pakai Air Kubangan
SULSELSATU.com, MAROS – Warga Desa Tumpabiring, Kecamatan Bontoa, Maros, mulai kesulitan mendapatkan air bersih di musim kemarau saat ini.
Sejak hujan tak lagi turun, penampungan air sudah mulai menipis, warga terpaksa menggunakan air kubangan kotor yang sudah mengeluarkan bau untuk dikonsumsi.
Agar bisa mendapatkan air tersebut, warga terpaksa harus berjalan kaki melalui pematang tambak dan sawah untuk mengambil air di sebuah sumur penampungan tadah hujan yang sudah nyaris mengering.
“Di sini kami merasakan krisis air sudah lama, sejak Ramadan kemarin terpaksa kami sehari – harinya ambil air di sumur tadah hujan, itupun sudah sangat tipis dan bau,” kata salah seorang warga, Salmiah, kepada Sulselsatu
com, Senin (24/8/2020).
Terlihat warga terpaksa menggunakan air kotor untuk keperluan sehari – hari, lantaran suplai air bersih dari truk tangki penjual air keliling dirasa begitu mahal semenjak wabah Covid-19 merebak.
“Untuk keperluan mencuci dan mandi kita gunakan air kotor ini, sementara untuk minum kita tetap beli air galon, dulu masih mampu beli air untuk mengisi tandon penampungan di rumah, tapi semenjak Corona, uang susah didapat, anak dan suami pada di rumahkan,” keluhnya.
Selain dirinya, warga lain pun yang bermukim di Desa Tupabiring ini, juga merasakan hal yang sama, lantaran setiap tahun saat kemarau panjang tiba, krisis air bersih di wilayah pesisir sudah menjadi polemik tahunan yang tak kunjung usai.
Merekapun berharap besar kepada pemerintah setempat untuk memberikan solusi, agar kedepannya masyarakat pesisir tak lagi bersusah payah untuk keperluan air bersih.
Diketahui di Kabupaten Maros sendiri, ada tiga Kecamatan yang setiap tahunnya dilanda kekeringan dan krisis air bersih sepeti Kecamatan Marusu, Lau serta Bontoa.
Hal ini diakibatkan tidak adanya suplay air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik pemerintah setempat.
Penulis: Indra Sadli Pratama
Editor: Hendra Wijaya
Cek berita dan artikel yang lain di Google News