SULSELSATU.com, MAKASSAR – Tuntas sudah debat publik putaran pertama Pilkada Makassar 2020 yang berlangsung di Jakarta, Sabtu malam (7/11/2020). Pasangan Mohammad Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi (Danny-Fatma) dinilai unggul jauh dari tiga rivalnya.
Rektor Universitas Patria Artha Makassar, Bastian Lubis menilai, pasangan Danny-Fatma sukses memaparkan dan menjabarkan program dengan lugas yang mudah dicerna. Selain itu, sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat untuk membangun Kota Makassar lima tahun depan.
“Soal konsep visi dan misi, Danny-Fatma yang sangat terstruktur. Visi ada turunannya, misi ada turunannya. Yang lain itu tidak nyambung,” kata Bastian kepada awak media.
Debat perdana ini mengusung tema sosial, budaya, pendidikan, keamanan, lingkungan, transportasi, dan toleransi. Menurut Bastian, kunci dari debat adalah bagaimana mengawali dan mengakhiri. Hal ini, kata dia, dipahami betul oleh Danny maupun Fatma. Keduanya melakukan pembukaan debat dengan lugas, pun demikian saat penutupan.
“Di awal itu, seperti Pak Danny dan Bu Fatma itu bagus sekali. Sehingga pada waktu tahapan-tahapan berikut tinggal mengalir saja. Di sini memang terlihat kalau orang punya pengalaman, itu sangat berpengaruh dengan pemaparan dalam debat,” ucapnya.
Bastian lalu membandingkan dengan kandidat lain yang pemaparan visi dan misinya nampak tidak terarah.
“Apalagi yang nomor 2 (Munafri Arifuffin-Abdul Rahman Bando) itu, bukan visi yang disampaikan itu. Tidak jelas. Tidak punya arah apa yang mau dibicarakan ke depannya. Pak None itu, ya, masih agak jauh daripada realisasi untuk bisa terlaksana karena kelihatannya umum,” bebernya.
Bastian juga memberikan kredit khusus kepada Danny menegaskan soal pentingnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebab, realisasi program prioritas sepenuhnya berbasis pada pendapatan daerah.
“Kuncinya memang, kan, APBD yang utama. Kalau bukan itu, jadinya seperti berkhayal saja. Jadi memang, secara logika dan tata kelola pemerintah, yang sangat masuk akal adalah Danny-Fatma, kedua Dilan (Syamsu Rizal-Fadli Ananda), ketiga None (Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Nurdin Halid), dan keempat atau buncit itu nomor dua (Appi-Rahman),” katanya.
Di akhir debat, Danny memang memaparkan dua poin penting sebagai closing statement. Yakni tentang cara merealisasikan program dan seruan ke TPS untuk mencoblos ADAMA’ (akronim Danny-Fatma).
Bagi Danny, secara prinsip pemerintahan, bagaimana pendapatan bisa diperolah dan bagaimana belanja disalurkan. Belanja sangat ditentukan oleh pendapatan. Tidak ada belanja tanpa pendapatan. Pendapatan lebih penting dari belanja.
“Alhamdulillah, di antara semua pasangan calon, satuji visi misi yang membahas pendapatan. PAD Rp 2 triliun adalah bagian dari ‘bahan bakar’ dalam menjalankan seluruh program-program yang kami canangkan. Tidak ada pendapatan, tidak ada progam yang jalan. Tanpa membahas pendapatan, semua visi menjadi omong kosong,” papar Danny. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar