DCConsultant Beberkan Prilaku Pengguna Sosial Media terhadap Paslon Pilkada Makassar
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Digital Communication Consultant, DCConsultant bersama dimasprakoso.com membeberkan hasil perilaku pengguna sosial media melalui Facebook, Instagram serta sosial media lainnya tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Makassar 2020 dalam sebuah seminar Millennial Entrepreneur Academy yang membahas tentang pentingnya Social Media dan Digital Marketing pada pelaku Startup, Jumat, (20/11/2020).
Dari hasil sosial media Facebook dan Instagram selama satu bulan terakhir pada 23 September – 23 Oktober 2020, ditemukan sebaran content serta intensitas pembahasan di media sosial tersebut, pasangan Danny-Fatma (Adama) menempati posisi tertinggi dan mengungguli kandidat paslon lainnya.
Sebanyak empat pasang calon resmi ditetapkan sebagai kontestan pada Pilkada Makassar 2020 diantaranya, Moh.Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Nomor urut 1 (Satu) yang diusung Partai Gerindra dan NasDem, disusul Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando Nomor urut 2 (Dua) yang diusung Partai Demokrat, PPP, dan Perindo, kemudian Syamsu Rizal-Fadli Ananda Nomor urut 3 (Tiga) yang diusung Partai PDI Perjuangan, Hanura dan PKB, terakhir Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin Nurdin Halid, Nomor urut 4 (Empat) yang diusung Partai Golkar, PKS, dan PAN.
CEO DCConsultant, Iwa Muhammad memaparkan, percakapan atau pembahasan pasangan Danny-Fatma (Adama) memperoleh angka sebesar 43,11 persen, disusul Appi-Rahman (Makassar Bangkit) 25,23 persen, Deng Ical-Fadli Ananda (Dilan) 24,91 persen, dan None-Zunnun (Imun) 6,75 persen.
Dalam komentar netizen terkait daya tarik atau tingkat kesukaan dan juga ketidaksukaan maupun serangan yang dilontarkan netizen kepada masing-masing empat kandidat. Pasangan Danny-Fatma mengungguli ketiga pasangan calon lainnya.
“Pasangan Danny-Fatma dalam intensitas percakapan atau komentar netizen dalam setiap postingan terkait kandidat terekam memperoleh pembahasan paling viral (top one post) dan terlihat paling banyak komentar terkait dibanding tiga paslon lainnya,” ujarnya.
Hal ini berdasarkan seberapa besar daya tarik komentar positif personal account atau yang biasa disebut Real Life Account yang datang dari identitas yang sebenarnya dikehidupan nyata (akun rill/asli) dan serangan komentar negatif terbanyak yang berasal dari Fake Account. Ini adalah akun media sosial yang dibuat tanpa identitas asli pembuatnya, biasanya bukan merupakan akun utama, karena akun utamanya berisi identitas asli yang dilihat dari jumlah besaran percakapan selama satu bulan terakhir.
Hal yang sama juga ditemukan dalam intensitas postingan dan content produksi masing-masing paslon, pasangan Danny-Fatma juga mengungguli ketiga pasangan calon lainnya.
Danny-Fatma memperoleh persentase 37,81 persen, disusul pasangan Appi-Rahman 30,53 persen, Dilan 25,42 persen, dan None-Zunnun 6,24 persen.
“Masing-masing angka ini dilihat berdasarkan jumlah postingan status, content, shares, maupun comments di Facebook dan Instagram,” jelasnya.
DCConsultant yang bergerak dibidang Konsultan Komunikasi Digital, IT Software, IT Product dan Digital Marketing ini mengatakan, hasil ini dilakukan berdasarkan analisis dan pemantauan sosial media selama 1 bulan pada periode 23 Sept – 23 Okt 2020.
Menurutnya, selama masa pandemi, pemanfaatan kampanye melalui sosial media juga memiliki magnet tersendiri dibanding cara-cara konvensional yang menggunakan spanduk, baliho dan alat peraga lainnya.
“Kami juga menemukan Global Digital Reports 2020, sebanyak 64 persen penduduk Indonesia terkoneksi dengan jaringan internet. Pengguna internet di Makassar khususnya saat ini telah mencapai sedikitnya 622.000 orang dengan range usia 17 hingga 65 tahun dan memiliki waktu rata-rata 7-8 jam perhari untuk berselancar di dunia maya,” katanya.
Hal senada dipaparkan Dimas Anggrayana Prakoso selaku Founder dimasprakoso.com dalam acara tersebut. Menurutnya, Makassar terdiri dari beberapa tipe pemilih, salah satunya pemilih milenial. Pemilih milenial merupakan generasi modern yang berpikir inovatif, kritis, terbuka serta hidup berbarengan dengan teknologi. Sifat terbuka pada generasi milenial inilah yang menjadi suatu hal yang tentative dalam hal politik.
“Pemilih millennial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam kontestasi politik. Tentu menjadi angin segar bagi kandidat yang menargetkan pemilih millennial, namun faktanya dalam pengambilan keputusan milenial bukan tipe masyarakat yang mudah menelan janji begitu saja. Milenial lebih peka terhadap bukti dibandingkan janji-janji politik yang mentereng,” ungkapnya.
Realistisnya pemilih milenial menurut Dimas, menjadikan pendekatan rasional sebagai faktor memilih, yaitu memilih program kerja dan trackrecord kinerja tiap kandidat pada profesi dan pekerjaan sebelumnya. Kedua hal tersebut menurut Dimas menjadi beberapa faktor yang cukup mewakili pasangan Danny-Fatma, dibarengi dengan kepopuleran branding politiknya di sosial media hingga menjadi top post diberbagai grup facebook dan platform media sosial lainnya. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News