SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kecaman dari berbagai elemen perempuan terhadap pelaku pelecehan seksual secara verbal ke kandidat wakil walikota Makassar, Fatmawati Rusdi, terus bertambah.
Setelah sejumlah aktivis perempuan dari berbagai lembaga, kini beberapa komunitas perempuan juga angkat bicara. Salah satunya yang tergabung dalam Komunitas Janda Makassar (Kojam).
Ketua Kojam, Nurbaety Najamuddin mengatakan, kasus pelecehan seksual secara verbal pada Fatma bukan hanya menyerang kehormatan figur calon wakil wali kota nomor urut 1 ini, tapi juga menghina kehormatan pada seluruh perempuan.
“Seseorang yang melontarkan kalimat tidak senonoh pada perempuan, sama saja dengan menghina sosok perempuan yang telah melahirkannya. Dan kami mengutuk penghinaan tersebut,” tegas Nurbaety, Sabtu (28/11/2020).
Menurut perempuan yang akrab disapa Nuna ini, aksi pelecehan tersebut tidak boleh disepelekan dan dibiarkan oleh aparat kepolisian.
“Pelaku harus segera ditangkap dan dijerat UU ITE, siapa pun orangnya. Dia telah menghina kehormatan kaum perempuan, bukan hanya Ibu Fatma saja,” tambah Nuna.
Selain Kojam, aktivis perempuan Rosmiati Sain juga menganggap pelecehan seksual berbasis online adalah bentuk diskriminasi pada perempuan yang tengah mengikuti kontestasi Pilwalkot Makassar.
Terkait, kasus pelecehan seksual verbal yang dialami Calon Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi, yang dilakukan pendukung kandidat lain di salah satu grup WA Pilkada Makassar, Ketua LBH Apik Makassar Rosmaiti Sain menilai hal tersebut adalah bentuk kekerasan seksual berbasis online.
Apalagi pelecehan tersebut bersamaan dengan momen kampanye anti kekerasan terhadap perempuan yang dimulai dari 25 November hingga peringatan Hari HAM Internasional 10 Desember nanti.
“Waktunya perempuan diberi ruang untuk berkontestasi, tidak boleh ada pelecehan pada perempuan! Mari kita berkampanye secara sehat jangan ada perlakuan atau kekerasan terutama kekerasan verbal,” tutup Rosmiati. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar