SULSELSATU.com, Yangon – Amerika Serikat mulai menebar ancaman kepada kubu militer Myanmar yang melakukan kudeta. Presiden Joe Biden menyerukan pemulihan demokrasi segera dan memperingatkan bahwa Washington akan memberlakukan sanksi.
“Masyarakat internasional harus bersatu dalam satu suara untuk menekan militer Burma agar segera melepaskan kekuasaan yang mereka rebut,” kata Biden mengacu ke nama lama Myanmar, seperti dilansir AFP.
Inggris juga tak berdiam diri. Dan sudah memanggil Dubes Myanmar untuk melakukan protes informal. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Uni Eropa, dan Australia juga mengecam kudeta Myanmar. Sementara China menolak mengkritik pihak manapun, namun meminta semua pihak menyelesaikan pertikaian.
Baca Juga : Krisis Myanmar Dibahas Hari Ini di Jakarta
Kudeta Myanmar memasuki hari kedua, Selasa (2/2/2021). Pihak militer yang saat memegang kendali, menahan pemimpin negara Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint dan sejumlah pejabat partai LND.
Gelombang protes melawan kudeta ini tampak berhasil diredam. Karena Militer Myanmar menutup jalan di sekitar Naypyidaw dengan tentara, truk, dan kendaraan lapis baja.
Helikopter juga terbang melintasi kota. Internet di Myanmar diputus pada siang hari, dan bank sempat tutup sebentar. Namun, Asosiasi Bank Myanmar mengatakan, mereka akan buka lagi pada Selasa. Pihak militer menuduh ada kecurangan dalam pemilu Myanmar pada November tahun lalu, yang dimenangi NLD secara telak.
Baca Juga : Amerika Serikat Akhirnya Jatuhkan Sanksi untuk Kudeta Myanmar
Pihak militer sudah mengumumkan akan memegang kekuasaan dalam kondisi darurat di Myanmar selama 12 bulan, dan mengeklaim bakal menggelar pemilu baru.
Editor: Midchal
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar