SULSELSATU.com, India – India pada hari Senin melaporkan lebih dari 300.000 kasus positif Covid-19 baru selama 12 hari berturut-turut. Dengan 368.147 kasus baru selama 24 jam terakhir, total infeksi di India mencapai 19,93 juta. Sementara total kematian 218.959, menurut data Kementerian Kesehatan India.
Namun pakar medis menyatakan, angka nyata kasus Covid-19 di negara berpenduduk 1,3 miliar itu adalah 10 kali lebih tinggi dari penghitungan resmi.
Dengan indikasi rumah sakit telah terisi penuh. Hal ini diperparah dengan pasokan oksigen medis menipis dan kamar mayat serta krematorium telah dibanjiri jasad korban Covid-19.
Baca Juga : Jadi Perusahaan Pembayar Pajak Terbesar, BRI Diapresiasi Oleh Negara
Setidaknya 11 negara bagian dan wilayah persatuan telah memberlakukan beberapa bentuk pembatasan. Untuk mencoba dan membendung infeksi. Tetapi Perdana Menteri Narendra Modi enggan memberlakukan lockdown nasional, karena khawatir tentang dampak ekonomi.
“Menurut pendapat saya, hanya tinggal di rumah secara nasional dan menyatakan keadaan darurat medis yang akan membantu memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan saat ini,” kata Bhramar Mukherjee, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Michigan di Twitter.
“Jumlah kasus aktif semakin menumpuk, bukan hanya kasus baru harian. Bahkan angka yang dilaporkan menyebutkan ada sekitar 3,5 juta kasus aktif.”
Baca Juga : Pengumuman! Restrukturisasi Kredit Perbankan Penanganan Pandemi Covid-19 Berakhir
Lonjakan infeksi adalah krisis terbesar di India sejak Modi menjabat pada 2014. Modi telah dikritik karena tidak mengambil langkah sebelumnya untuk mengekang penyebaran dan membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak bermasker menghadiri festival keagamaan dan rapat umum politik yang ramai di lima negara bagian selama Maret dan April lalu.
Sebuah forum penasihat ilmiah yang dibentuk oleh pemerintah memperingatkan para pejabat India pada awal Maret tentang varian baru dan lebih menular dari virus Covid-19 yang terjadi di negara itu.
Terlepas dari peringatan tersebut, empat ilmuwan mengatakan pemerintah federal tidak berusaha untuk memberlakukan pembatasan besar untuk menghentikan penyebaran virus.
Baca Juga : PT Bumi Karsa Dirikan Posko Mudik, Bentuk Peduli Keselamatan dan Kenyamanan Para Pemudik
Para pemimpin dari 13 partai oposisi pada Minggu menandatangani surat yang mendesak Modi untuk segera meluncurkan vaksinasi nasional gratis dan memprioritaskan pasokan oksigen ke rumah sakit dan pusat kesehatan.
Beberapa negara bagian telah menunda perluasan program vaksinasi untuk orang dewasa yang akan dimulai pada hari Sabtu karena kurangnya vaksin. Kementerian Kesehatan Nasional mengatakan negara bagian memiliki 10 juta persediaan vaksin dan 2 juta lagi datang dalam tiga hari ke depan.
Meski menjadi produsen vaksin terbesar di dunia, India tidak memiliki cukup vaksin untuk dirinya sendiri. Hanya sekitar 9% dari 1,4 miliar penduduknya yang telah mendapatkan dosis.
Baca Juga : VIDEO: Pria Asal India Ditolak saat Hendak Lamar Kekasihnya di Wajo
India telah berjuang untuk meningkatkan kapasitas melebihi 80 juta dosis sebulan karena kurangnya bahan baku dan kebakaran di Serum Institute, yang membuat vaksin AstraZeneca.
Bantuan internasional telah mengalir ke India. Inggris akan mengirim 1.000 ventilator lagi ke India, kata pemerintah pada Minggu. Perdana Menteri Boris Johnson dan Modi dijadwalkan untuk berbicara pada hari Selasa.
Varian India" href="https://www.sulselsatu.com/topik/covid-19-india">COVID-19 India kini telah menjangkau setidaknya 17 negara termasuk Inggris, Swiss, dan Iran, membuat beberapa pemerintah menutup perbatasan mereka untuk orang-orang yang bepergian dari India.
Baca Juga : Masyarakat Kabupaten Gowa Kini Tidak Wajib Pakai Masker di Ruang Publik, Aturan Telah Dicabut
Editor: Midkhal
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar