Muzayyin Tak Ingin Sejarah Darul Istiqamah Berakhir
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Pembina Yayasan Pesantren Darul Istiqamah, KH Arif Marzuki menggelar konferensi pers di Maccopa, Maros, Jumat 16 Juli 2021.
Arif Marzuki menjelaskan soal sejarah berdirinya pesantren oleh ayahnya, KH Marzuki Hasan (alm) pada 1970, yang didahului pendirian yayasan setahun sebelumnya.
Arif Marzuki menuturkan bahwa selama 40 tahun memimpin Darul Istiqamah, dia beberapa kali mengangkat dan memberhentikan pimpinan pesantren, tanpa musyawarah pengurus yayasan.
Kini, Arif Marzuki mengaku harus mendirikan yayasan baru bernama Yayasan Pembina Dakwah Darul Istiqamah, karena merasa sudah tidak sejalan dengan Muzayyin Arif, putranya.
“Semoga Allah memberikan jalan keluar untuk persoalan ini,” ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Muzayyin Arif menuturkan bahwa sebenarnya hanya satu titik perbedaan antara dia dan ayahnya. Yakni soal pendirian yayasan lain di luar yayasan lama. Ayahnya ingin membagi-bagi unit pendidikan di dalam Darul Istiqamah kepada saudara Muzayyin yang lain. Plus dengan kewenangan yang mutlak dan bahkan boleh mendirikan yayasan-yayasan tersendiri. Jadi akan ada beberapa yayasan di lokasi yang sama.
Hal tersebut dinilai Muzayyin sama saja dengan membagi-bagi Darul Istiqamah. Ketersambungan sejak tahun pertama berdiri akan selesai.
“Menurut saya itu berbahaya bagi kelangsungan pesantren dan keutuhan keluarga pada masa yang akan datang,” ucapnya.
Dia mengaku tak mau kelak ada perebutan antarsaudara yang berjumlah belasan dan cucu yang mencapai 140 orang. Pesantren harus tetap di bawah yayasan sebagai pembina dan pemutus jika ada masalah.
Alumni Universitas Islam Jakarta itu menawarkan opsi yayasan tetap satu. Alasannya, histori Darul Istiqamah yang sudah melewati separuh abad, tidak boleh putus.
“Namun yang tak kalah penting adalah utuhnya keluarga. Kalau pesantren dibagi-bagi, akan rawan perpecahan antarsaudara. Biarlah pesantren ini menjadi milik umat,” timpal Muzayyin.
Dia pun mengajak saudara-saudaranya yang berselisih pendapat saat ini, untuk sama-sama terlibat dalam kepengurusan yayasan.
Muzayyin yang juga Wakil Ketua DPRD Sulsel itu mengaku sangat mencintai orang tuanya, ayah KH M Arif Marzuki. Karena itu selama ini perbedaan antara dia dan ayahnya berupaya dia tutupi dengan mengajukan tawaran yang dinilainya solutif.
Menurut pria 39 tahun itu, walau ada perbedaan, dia tak pernah memperlihatkan ke publik. “Saya meyakini ini dinamika internal yang seharusnya selesai di internal,” kuncinya.
Dia menyebut perbedaan sudah terjadi beberapa tahun namun hubungannya dengan Kiai Arif tetap terjalin. Bahkan pada peringatan Hari Santri, Oktober 2020, Muzayyin bersama orang yang dipanggilnya abah itu bersama-sama menerima kehadiran gubernur Sulsel di Pesantren Darul Istiqamah.
Dia mengakui ada ketidaksepahaman antara dirinya dengan lima saudara kandung, namun tujuh saudara lainnya tetap memberi dukungan. Meski bagi Muzayyin jauh lebih baik jika semuanya bersatu.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News