SULSELSATU.com, MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III 2021 tercatat tumbuh positif sebesar 3,24 persen (yoy). Tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 7,66 persen (yoy) sebagai dampak dari merebaknya kasus Covid.
Pelemahan ekonomi pada triwulan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 3,51 persen setelah sebelumnya mencapai 7,07 persen.
Kepala bi Sulsel, Causa Iman Karana mengatakan, sumber utama pelemahan berasal dari permintaan domestik yang tumbuh melambat seiring kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai wilayah untuk mengatasi varian delta Covid-19.
Baca Juga : Rp98,65 Miliar Transaksi Ekspor UMKM Disepakati Selama AMBF x SSIF 2024
“Sementara permintaan eksternal tetap tumbuh kuat, menopang pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun ekonomi Sulsel. Pertumbuhan ekonomi Sulsel didorong oleh kinerja Lapangan Usaha (LU), Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 7,85 persen (yoy) dan memiliki pangsa sebesar 24,52 persen terhadap total PDRB Sulsel,” jelasnya, Rabu, (10/11/2021).
Ia menjelaskan, ekonomi tetap tumbuh salah satunya didorong oleh peningkatan produksi beberapa komoditas perkebunan, antara lain: kelapa sawit, kopi, kakao, tebu, maupun peningkatan produksi sentra budidaya perikanan dan perikanan tangkap.
Selanjutnya, LU Pertambangan tumbuh sebesar 3,61 persen (yoy) dengan pangsa sebesar 4,81 persen terhadap PDRB. Pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja pertambangan bijih logam.
Baca Juga : AMBF x SSIF 2024 Hadirkan 30 Exhibitor dengan Target Total Transaksi Rp9,5 Triliun
“Berdasarkan komponen pengeluaran, peningkatan net ekspor menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pada periode Januari-September 2021, total nilai ekspor Sulsel meningkat 12,96 persen (yoy) sedangkan total nilai impor menurun 20,36 persen (yoy). Peningkatan ekspor didorong meningkatnya permintaan negara mitra dagang, termasuk untuk komoditas besi dan baja,” bebernya.
Pria yang akrab di Cik ini juga menjelaskan, dampak dari PPKM mengakibatkan penurunan pada beberapa kelompok pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Penurunan konsumsi rumah tangga terjadi pada pada subkomponen makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, transportasi, komunikasi, rekreasi, dan penyediaan makan minum.
Cik juga menilai jika ancaman gelombang ketiga Covid-19 menjadi risiko yang bisa membuat ekonomi turun. Namun, ia dan pihaknya akan terus memantau, melihat keyakinan konsumen saat ini yang mulai meningkat di tengah gencarnya program vaksinasi.
“Masih ada ancaman gelombang ketiga Covid-19. Faktor pandemi menjadi risiko yang bisa membuat ekonomi turun lagi. Namun, kita harus punya proyeksi ekonomi dan keyakinan (belanja konsumen) itu. Dan keyakinan itu didukung dari kondisi saat ini,” ungkapnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar