1 Ramadan Tak Serentak Pemerintah dan Muhammadiyah, Ini Penjelasan Ahli

1 Ramadan Tak Serentak Pemerintah dan Muhammadiyah, Ini Penjelasan Ahli

SULSELSATU.com – Peneliti di Pusat Riset Antariksa Lapan (BRIN), Thomas Djamaluddin menjelaskan perbedaan tanggal penentuan hari pertama puasa atau hari pertama Ramadhan antara pemerintah dan Muhammadiyah.

Ia mengatakan perbedaan itu bukan karena perbedaan hisab dan rukyat, namun sebab perbedaan kriteria.

“Jadi akar masalahnya bukan karena perbedaan hisab dan rukyatnya, tetapi karena perbedaan kriteria,” kata astronom itu secara daring, seperti diberitakan CNNIndonesia.com, Jumat (25/3/2022).

Thomas mencontohkan sempat ada perbedaan pada hari raya Idulfitri pada 1998. Meskipun dilakukan sesama ahli rukyat dari organisasi Nahdlatul Ulama, namun antara NU Jawa Timur dan PBNU berbeda hasilnya.

Ia mengatakan saat itu NU Jawa Timur memutuskan Idulfitri jatuh pada 29 Januari 1998, sedangkan PBNU menetapkan sesuai isbat, yaitu 30 Januari 1998.

Hal tersebut, menurutnya, terjadi karena PBNU menolak kesaksian di wilayah Cakung dan Bawean.

“Yang di Jawa Timur itu mendasarkan pada asal teramati saja walaupun sebenarnya nyatanya bulan itu di bawah 2 derajat, itu ketinggiannya hanya 1 derajat lebih, sedangkan PBNU mengatakan kalau bulan itu di bawah 2 derajat, itu tidak mungkin bisa diamati, sehingga kalau ada hasil rukyat itu ditolak,” katanya.

Dia juga menceritakan Muhammadiyah dan Persis yang sama-sama menggunakan metode hisab, pada saat itu juga berbeda menentukan hari raya Idulfitri.

Oleh karena itu menurut Thomas perbedaan penetapan Idulfitri bukan disebabkan adanya pihak yang menggunakan metode hisab, sementara pihak lainnya menggunakan metode rukyat.

“Sekian lama orang mengira bahwa perbedaan itu karena perbedaan metode hisab dan rukyat, tapi nyatanya itu tidak benar sesungguhnya,” katanya.

Thomas dalam keterangan resmi di situs LAPAN memprediksi penetapan 1 Ramadan 1443 H pada 2 April 2022 oleh Muhammadiyah kemungkinan akan berbeda dari pemerintah.

Dia mengatakan ketinggian hilal pada 1 April hanya sedikit d iatas 2 derajat, dengan demikian Thomas mengungkap hilal tidak mungkin terlihat pada 1 April 2022.

“Wilayah Indonesia umumnya menetapkan tinggi hilal kurang dari dua derajat,” ujar Thomas seperti dikutip situs resmi Lapan.

Artinya, jelas Thomas, jika hilal tidak terlihat pada 1 April, maka jumlah hari pada bulan Sya’ban tahun ini akan digenapkan menjadi 30 hari.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan atau tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu, 2 April 2022.

Penetapan itu merupakan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Warga Muhammadiyah akan melaksanakan salat Tarawih terakhir pada Minggu 1 Mei 2022, sementara Zulhijah 1443 pada Kamis, 30 Juni dan Hari Arafah atu 9 Zulhijah pada 9 Juli 2022.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga