SULSELSATU.com – Saat pandemi covid merebak tahun 2020 lalu yang memakan banyak korban terutama mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan, barulah banyak yang tersadar untuk menjaga kesehatan karena takut kalau sampai terkena virus akan mengalami sakit parah atau malah meninggal dunia.
Langkah awal menjalankan hidup sehat adalah melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui apakah kita memiliki penyakit bawaan atau tidak agar jika terdapat gejala dapat segera diobati, sebelum berkembang menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Penyakit komorbid merupakan penyakit penyerta lain selain penyakit utamanya. Dapat bersifat akut atau kronis menahun. Adanya komorbid bisa memperparah gejala atau beratnya derajat penyakit utama. Faktor risiko, seperti usia dan jenis kelamin dapat berbeda pada setiap komorbid, tidak bisa disamaratakan.
Baca Juga : Jadi Perusahaan Pembayar Pajak Terbesar, BRI Diapresiasi Oleh Negara
Namun, semua penyakit komorbid berpotensi memperberat penyakit yang sedang dialami. Terutama, jika penyakit komorbid tidak terkontrol dan ada gejala. Bahkan, untuk beberapa penyakit, seperti jantung atau stroke bisa menyebabkan kematian mendadak.
Banyak orang tidak menyadari apakah dirinya memiliki penyakit penyerta, misalnya sudah terbiasa minum kopi manis setiap hari padahal sebenarnya sudah ada gangguan diabetes, merasa kaki sering nyeri kesemutan saat mengonsumsi seafood tapi tidak juga memeriksakan diri. Pada beberapa orang, bisa saja tidak merasakan sesuatu hingga penyakit sudah stadium tinggi tapi ada juga yang merasa ada bagian tubuh tidak nyaman saat mengonsumsi makanan tertentu.
Dokter Penyakit Dalam RS Premier Jatinegara Jakarta, Ario Perbowo Putra, menyarankan agar masyarakat tidak mengabaikan komorbid terutama saat pandemi.
Baca Juga : Pengumuman! Restrukturisasi Kredit Perbankan Penanganan Pandemi Covid-19 Berakhir
“Jika seseorang sudah tahu riwayat penyakit terdahulu dan ada obat yang biasa dikonsumsi rutin maka sudah pasti termasuk orang dengan komorbid. Sebaiknya, selalu informasikan perihal ini kepada dokter yang merawat,” sebut Ario dalam keterangannya, Jumat (8/4/2022).
Bagi mereka yang belum mengetahui apakah memiliki komorbid atau tidak, Ario menyarankan agar berkonsultasi dengan dokter.
“Diagnosis akan dilakukan dokter melalui anamnesis tanda serta gejala sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan rekam jantung/elektrokardiogram(EKG), dapat juga melalui pemeriksaan pencitraan, seperti rontgen, ultrasonography, Computerized Tomography (CT) scan, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI),” ungkap Ario.
Baca Juga : PT Bumi Karsa Dirikan Posko Mudik, Bentuk Peduli Keselamatan dan Kenyamanan Para Pemudik
Bila pasien terbuka dan jujur, dokter dapat mengetahui sejauh mana kondisi komorbid pasien tersebut terkontrol karena kondisi komorbid pada setiap pasien berbeda. Ada yang kondisi komorbidnya stabil terkontrol dan ada yang kambuh.
“Jika pasien komorbid terinfeksi Covid maka dokter dapat mengetahui derajat berat penyakit Covid-19 dan dapat melaksanakan tatalaksana secara menyeluruh. Jika komorbid terkontrol akan sama dengan pasien tanpa komorbid,” sebut Ario.
Berasuransi Sebelum Terkena Komorbid
Baca Juga : Masyarakat Kabupaten Gowa Kini Tidak Wajib Pakai Masker di Ruang Publik, Aturan Telah Dicabut
Sakit tidak dapat dicegah, selagi sehat dan produktif, lakukan tindakan preventif dengan memiliki asuransi kesehatan karena asuransi sifatnya bersyarat, yaitu hanya dapat dimiliki saat kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan. Nantinya, asuransi kesehatan akan berguna dalam pengelolaan finansial saat kondisi sakit, yaitu untuk membayar biaya medis.
Faculty Head Sequis Quality Empowerment Yan Ardhianto, mengartikan asuransi kesehatan dengan cara sederhana, yaitu saat rawat inap, keluarga harus menyiapkan dana untuk keperluan pengobatan dan urusan lainnya, seperti transportasi dan akomodasi menjaga pasien dan pemeriksaan lanjutan pascarawat inap.
Untuk mendanai semua itu, biasanya menggunakan dana darurat tapi bisa jadi hanya cukup untuk membiayai urusan lain, belum tentu cukup untuk pengobatan.
Baca Juga : Bisa Kembali Beraktivitas Normal, Begini Cara Menjaga Kesehatan Tubuh
Berbeda dengan mereka yang memiliki asuransi kesehatan, tanggungan biaya pengobatan saat rawat inap hingga pascarawat inap akan ditanggung oleh perusahaan asuransi (dengan nilai sesuai ketentuan polis). Jika produk asuransi yang dimiliki sudah menggunakan fasilitas cashless akan lebih baik lagi karena keluarga tidak perlu menyiapkan dana di depan untuk biaya jaminan rumah sakit.
“Jika kita sudah memiliki asuransi kesehatan, saat terkena risiko sakit, kita tidak membebankan keuangan dan tidak mengganggu dana operasional rutin keluarga, seperti kebutuhan sekolah dan dana belanja rumah tangga. Dengan memiliki asuransi kesehatan, kita juga bisa fokus melakukan perawatan kesehatan dan tidak khawatir dana darurat keluarga terganggu,” imbuh Yan.
Tips Memilih Asuransi
Tips sederhana memilih produk asuransi pada masa pandemi dari Yan adalah carilah asuransi kesehatan yang memberikan manfaat tidak hanya biaya kamar saja.
“Sebaiknya miliki asuransi kesehatan yang menanggung biaya rawat inap, perawatan intensif, dan pembedahan yang membayarkan sesuai tagihan (as charged), juga memberikan manfaat perawatan penyakit kritis dengan limit manfaat tahunan yang tinggi bahkan lebih baik jika nilainya selalu diperbarui setiap tahun oleh perusahaan asuransi. Hal ini karena biaya rumah sakit naik setiap tahunnya sedangkan manfaat asuransi yang kita miliki belum tentu mencukupi jika membutuhkan rawat inap yang panjang,” sebut Yan. Pada Sequis, manfaat ini terdapat dalam produk Sequis Q Infinite MedCare Rider (SQIMC).
Bagi mereka yang bekerja lebih banyak di luar ruang, terdapat riwayat penyakit kritis dalam keluarga, memiliki tanggungan yang banyak maka jika penghasilan memadai, dapat menambahkan asuransi tambahan (rider) pembebasan premi (waiver of premium) pada asuransi kesehatan. Rider ini untuk berjaga-jaga bilamana mengalami ketidakmampuan total akibat penyakit atau kecelakaan. Padahal, masa pembayaran premi bersifat jangka panjang. Dengan menambah fasilitas pembebasan premi pada polis akan sangat membantu menjaga finansial keluarga tapi tetap bisa mendapatkan manfaat asuransi.
Yan juga menyarankan bagi mereka yang pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sudah memiliki tabungan, investasi, juga asuransi kesehatan maka dapat menambah asuransi penyakit kritis.
“Asuransi penyakit kritis berfungsi menjaga kondisi keuangan bilamana dalam jangka panjang terdapat komorbid lalu terdiagnosis penyakit kritis. Uang Pertanggungan dari asuransi penyakit kritis adalah pengganti pendapatan agar tetap dapat berobat dan membiayai kebutuhan sehari-hari,” sebut Yan.
Masyarakat bisa mendapatkan manfaat asuransi penyakit kritis yang memberikan fasilitas premi kembali hingga 150 persen jika tidak ada klaim dari produk Sequis SOFI (System and Organ Function Insurance).
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar