Histori Penyesuaian Harga BBM dari Soekarno Hingga Presiden Joko Widodo
SULSELSATU.com, NASIONAL – Bahan Bakar Minyak (BBM) resmi dinaikkan oleh pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu, (3/9/2022).
Harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Solar naik dari harga Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter.
Bukan pertama kali Indonesia mengalami kenaikan harga BBM. Tetapi bahkan pernah terjadi sejak presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Dihimpun berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina (Persero) yang dikutip Jurnal Habibie Center, berikut beragam perubahan harga BBM bersubsidi pada setiap masa kepemimpinan Presiden RI.
1. Presiden RI Pertama Soekarno (18 Agustus – 12 Maret 1965)
Pada masa pemerintahan Soekarno, sepanjang periode November 1965-Februari 1966, terjadi tiga kali perubahan harga BBM bersubsidi. Dari harga awal pada 22 November 1965, BBM jenis premium dari Rp0,3 jadi Rp1 dan Solar tetap pada Rp0,2.
2. Pemerintahan Presiden Soeharto (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998)
Presiden Soeharto, sejauh ini, tercatat paling banyak melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Dalam 32 tahun kepemimpinannya, tercatat 20 kali harga BBM bersubsidi mengalami perubahan. Meski perubahan tidak dilakukan secara serentak untuk premium dan solar.
Pertama kali perubahan harga BBM bersubsidi ini terjadi pada 3 Agustus 1967. Harga Premium langsung melonjak hampir 10 kali lipat, dari Rp0,5 menjadi Rp4, dan Solar dari harga Rp0,4 menjadi Rp3,5.
Hingga berakhir kepemimpinannya, kenaikan harga BBM yang terakhir dilakukan Soeharto pada 16 Mei 1998, yaitu premium menjadi Rp1.000 dan solar Rp550.
3. Presiden BJ Habibie
Soeharto yang mengundurkan diri karena tuntutan rakyat, dan digantikan oleh BJ Habibie sebagai presiden keempat. Pada masa kepimpinannya BJ Habibie yang singkat, ia tidak pernah menaikkan harga BBM.
4. Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Pada masa kepemimpinan Gus Dur, perubahan harga BBM bersubsidi terjadi sebanyak enam kali dalam dua tahun kepemimpinannya.
Kenaikan tertinggi pada premium sebesar 20,7 persen dan solar sekitar 39,3 persen. Pada 1 Oktober 2000 dibawah Presiden Gus Dur, BBM jenis premium Rp1.150 dan solar Rp600. Hingga akhirnya penyesuaian BBM yang dilakukan Gus Dur, 1 Juli 2001 yaitu premium Rp1.450 dan solar Rp1.250
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014).
Pada tahun 2004, dilaksanakan pemilihan umum, dan terpilihlah SBY. Pada era kepemimpinan Presiden SBY, selama dua kali masa pemerintahannya tercatat harga BBM bersubsidi berubah sebanyak delapan kali.
Dari beragam perubahan tersebut SBY tercatat sebagai Presiden yang empat kali menaikkan harga Premium, dan menurunkannya sebanyak tiga kali. Sementara untuk solar, SBY empat kali menaikkannya, dan turun sebanyak dua kali.
Hingga meninggalkan kursi kepresidenan, SBY terakhir melakukan kenaikan harga BBM pada 22 Juni 2013, premium seharga Rp6.500 dan solar Rp5.500.
5. Presiden Jokowi (20 Oktober 2014 – sekarang)
Belum genap sebulan memimpin, Presiden Jokowi harus membuat keputusan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Uniknya, setelah Reformasi, Jokowi menjadi presiden pertama RI yang menyampaikan sendiri informasi ini kepada publik.
Pada masa pemerintahan sebelumnya, Jokowi mengeluarkan kebijakan menghapus subsidi untuk BBM jenis premium. Kebijakan penghapusan subsidi untuk premium, pada akhirnya membuat bensin tersebut tak laku dan menghilang dari pasaran.
Hingga kemarin, (3/9/2022), Jokowi mengeluarkan kebijakan menaikkan harga tiga jenis BBM. Pertalite dari harga Rp7.650 menjadi Rp10 ribu dan solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News