SULSELSATU.com, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) mencatat produksi nikel sebesar 17.513 metrik ton dalam matte di triwulan ketiga tahun 2022. Hasil produksi nikel tersebut mencatat penjualan sebesar AS$309,2 juta.
“Saya senang melaporkan triwulan ketiga tahun 2022 yang menguntungkan tanpa kecelakaan LostTime Injury dan tidak ada cedera yang dicatat,” kata Febriany Eddy selaku CEO dan Presiden Direktur PT Vale.
Febriany menjelaskan, rata-rata realisasi harga nikel selama tahun 2022 adalah 41 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Harga ini mendorong pendapatan 27 persen lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Namun, karena volatilitas di pasar, PT Vale tetap berhati-hati terhadap fluktuasi harga nikel disisa tahun ini.
Baca Juga : PT Vale IGP Morowali Raih Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika beban pokok pendapatan grup meningkat dari AS$213,9 juta pada triwulan kedua tahun 2022, menjadi AS$258,4 juta pada triwulan ketiga. Ini terutama didorong oleh biaya energi dan royalti yang lebih tinggi.
“Bila dibandingkan dengan triwulan kedua, penggunaan batubara per metrik ton nikel dalam matte turun sebesar 28 persen. Penurunan konsumsi batubara ini diimbangi dengan penggunaan HSFO 40 persen lebih tinggi per metrik ton nikel dalam matte pada periode yang sama,” ujarnya.
Menyikapi kenaikan harga batubara yang cukup tajam, setelah melakukan analisis yang cermat, PT Vale memutuskan untuk mengalihkan sumber energi untuk burner dari batubara ke HSFO pada September 2022.
Baca Juga : PT Vale Indonesia Tegaskan Komitmen Keberlanjutan Mendukung Transisi Energi Bersih di COP29
Dengan begitu, perseroan diharapkan dapat mengeluarkan biaya energi yang lebih rendah dibandingkan jika terus menggunakan batubara. Selama periode tersebut, baik harga HSFO, diesel maupun batubara masing-masing naik sebesar 12 persen, 20 persen dan 14 persen.
“Proyeksi produksi untuk tahun 2022 telah direvisi menjadi kisaran 61.000 t – 62.000 t, lebih rendah dari yang kami targetkan sebelumnya, terutama karena keterlambatan penyelesaian proyek Furnace 4 Rebuild. Perseroan akan berupaya mengoptimalkan produksi pada triwulan terakhir tahun ini sekaligus meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional. Dalam melakukannya, kami tidak akan mengkompromikan nilai-nilai utama kami: keselamatan jiwa merupakan hal terpenting, menghargai kelestarian bumi dan komunitas kita,” jelasnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar