SULSELSATU.com, POLMAN – Satu Minggu menjelang pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar, kemeriahan pesta sepak bola terbesar di dunia itu pun mulai terasa.
Tidak sedikit masyarakat yang menyambut piala dunia dengan memasang bendera negara peserta piala dunia di depan rumah, sudut kampung, pusat keramaian, hingga di puncak bukit.
Seperti pada salah satu desa di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) yang disulap menjadi kampung bola untuk menyambut perhelatan sepak bola Piala Dunia 2022. Kampung bola ini berada di Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa.
Baca Juga : Timnas Jerman Lakukan Aksi Tutup Mulut Saat Lawan Jepang, Kenapa?
Kampung bola sengaja dibuat sebagai bentuk kebahagiaan warga setempat menyambut pesta sepak bola paling bergengsi di dunia ini.
“Ini untuk meramaikan piala dunia 2022,” kata salah satu warga, Moldi (33) kepada wartawan, Senin, (14/11/2022).
Namun, kemeriahan perhelatan pesta sepak bola terbesar di dunia itu juga mengundang kontroversi yang terus berkembang.
Baca Juga : Hotel di Makassar Ini Siapkan Nonton Bareng Piala Dunia Qatar 2022
Sejumlah orang menyebut piala dunia tahun ini sebagai piala dunia paling terpolitisasi sepanjang sejarah. Mereka juga menyerukan untuk tidak menonton piala dunia 2022.
Seperti yang dilakukan oleh tim sepak bola nasional Denmark, mereka akan menggunakan seragam dengan nama dan logo sponsor perusahaan pakaian olahraga Hummel yang dibuat samar.
Perusahaan dengan terang-terangan menjelaskan bahwa desain yang tak biasa ini merujuk pada kematian para pekerja konstruksi di Qatar, serta reputasi buruk perlindungan hak asasi manusia di sana.
Baca Juga : Bersama IOH Pelanggan Bisa Nonton Seluruh Pertandingan FIFA World Cup Qatar 2022, Bebas Nonton Kapan Saja
Dalam unggahan media sosialnya, Hummel mengatakan tidak ingin terlibat dalam turnamen ini.
“Kami tak ingin terlihat dalam turnamen yang mengorbankan nyawa ribuan orang,” tulisnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar