SULSELSATU.com, MAKASSAR – Menjadi perempuan memiliki banyak keistimewaan dan juga tantangan tersendiri. Namun, tantangan itulah yang membuat seorang perempuan sangat istimewa karena bisa menjadi seseorang yang melebihi dirinya sendiri saat menyelesaikannya.
Keistimewaan yang dimiliki membuat seorang perempuan mampu menyelesaikan semua tantangan yang hadir secara bersamaan. Tantangan dalam dirinya sendiri atau pun yang ada dalam lingkungan sekitarnya.
Perempuan sering kali dinilai tidak bisa bekerja lebih baik dibanding laki-laki. Tapi, perempuan adalah sosok yang multi tasking, mampu mengerjakan beberapa perkerjaan dalam satu waktu.
Baca Juga : Gandeng BerdayaBareng, PLN Bantu Tingkatkan Ekonomi Perempuan Lewat Usaha Mandiri
Kemampuan itulah yang telah dibuktikan oleh Nuraeni. Nuraeni adalah ibu rumah tangga (IRT) yang tinggal di daerah Pelabuhan Paotere, Makassar. Perempuan yang akrab disapa Eni itu telah membuktikan dirinya bisa memiliki potensi berdaya saing besar di samping menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu.
Kisah Nuraeni dimulai saat dirinya prihatin melihat ibu rumah tangga di lingkungannya menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Melihat kondisi yang lama tidak ada solusinya itu, Nuraeni membentuk kelompok perempuan berdaya.
Kelompok ini ia beri nama Kelompok Wanita Nelayan (KWN) Fatimah Azzahra. Kelompok Nuraeni ini merangkul IRT yang mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga. Dirinya memberanikan mengambil langkah nyata agar dapat meningkatkan kualitas hidup kaumnya agar tidak terjebak dalam lingkaran KDRT.
IRT yang tergabung dalam kelompok ini diberdayakan dengan diberikan pengetahuan dan diubah pola pikirnya agar bisa mandiri. Di KWN Fatimah Azzahra ini, Nuraeni mengajak IRT tersebut untuk meningkatkan potensi dirinya agar bisa berdaya saing.
“Ibu yang tergabung dalam kelompok ini diberikan pengetahuan untuk meningkatkan potensi dirinya. Mereka didorong untuk mandiri, bekerja dan mengubah pola pikirnya dalam menjalani kehidupan sehari-harinya,” kata Eni kepada Sulselsatu.com, Rabu, (30/11/2022).
Melalui kelompok ini, Eni telah merangkul 40 ibu rumah tangga korban KDRT untuk ditingkatkan potensi dirinya, lebih percaya diri dan bisa mandiri. Nuraeni menyebutkan, kelompoknya menitikberatkan pada pengembangan rantai kepercayaan perempuan, peningkatan kesejahteraan dan mengubah pola pikir agar menjadi perempuan cerdas dan terampil.
Kehadirnya kelompok ini, Nuraeni berharap perempuan ini bisa terbebas dari kekerasan, tidak ada ketergantungan ekonomi pada suami yang dapat menghadirkan peluang KDRT, serta mampu berdaya saing.
“Dengan ini tidak ada lagi perempuan terbelakang tapi perempuan yang cerdas dan terampil. Ada perubahan mulai dari penampilan, pola pikir, mampu memperbaiki ekonomi keluarga, melihat skala prioritas dengan tidak mengikuti kemauannya saja,” bebernya.
KWN Fatimah Azzahra berfokus mendorong kemandian anggota agar bisa memiliki pemasukan sendiri. Karena Nuraeni menilai pemicu terbesar terjadinya kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah ekonomi. Sehingga, ia ingin memandirikan mereka agar tidak lagi mendapatkan kekerasan dalam rumah.
Demi memberikan peluang bagi IRT di wilayahnya ini, Nuraeni membuka usaha kecil yang menghasilkan produk makanan khas Makassar. Seperti abon, otak-otak, bakso, nugget, serta frozen food yang merupakan hasil olahan nelayan di pelabuhan Paotere.
Usaha itu juga telah membawa Nuraeni dilirik oleh beberapa perusahaan untuk mendapatkan bantuan CSR (Corporate Social Responsibility). Salah satunya berasal dari Pertamina. Eni mendikte, bantuan yang diberikan Pertamina mulai dari alat, pembinaan UKM hingga proses pemasaran, dan juga pembimbingan dalam peningkatan kualitas anggota.
“Pertamina tahu apa yang menjadi kebutuhan kami. Ia memberikan semuanya. Bahkan, dia memberikan kami pembina, tidak meninggalkan kami hingga saat ini,” tuturnya penuh semangat.
Semenjak memulai kelompok ini, lanjutnya, kasus kekerasan dalam rumah tangga di wilayahnya sudah berkurang. Ibi-ibu tersebut sudah punya kesibukan sendiri serta bisa menghasilkan uang tanpa bergantung sepenuhnya pada suami.
Dengan usaha kecil yang dimulainya, dirinya tidak hanya membantu ibu-ibu tersebut, tetapi juga membantu para nelayan. Ia mengaku jika membeli bahan untuk usahanya itu dari suami perempuan yang dirinya berdayakan.
Tidak hanya mewadahi ibu rumah tangga korban kekerasan, Nuraeni juga menghadirkan sekolah Anak Percaya Diri. Sekolah ini memberikan ruang bagi anak dari keluarga korban kekerasan rumah tangga untuk mengasah bakat dan minat.
“Sekolah ini untuk anak agar bisa memperbaiki etikanya. Memberikan ruang untuk bisa membekali potensi dirinya serta minat bakatnya,” kata Nuraeni.
Sekolah ini kata Nuraeni mendorong anak agar lebih baik lagi. Diajak untuk memiliki kepercayaan diri serta mampu mengembangkan minat bakatnya.
“Sekolah ini sebagai sekolah informal bagi mereka. Mereka tetap sekolah formal, kami hadir untuk lebih mengajarkan kepada etika, menjaga sikap,” ungkapnya.
Di sekolah Anak Percaya Diri ini, Nuraeni mendidik 70 anak disekitar lingkungannya. Dirinya pun tidak membatasi anak yang ingin bergabung. Nuraeni membuka pintu bagi mereka yang ingin menjadi siswa.
Dihubungi terpisah, Pjs Commmunication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Sulawesi Taufiq Kurniawan mengatakan program Corporate Social Rsponsibility (CSR) dari Pertamina memang dari awal tidak membatasi di bidang apa saja tapi bergerak dari hasil social mapping di wilayah operasi Pertamina.
“Hasil mapping inilah kemudian dikembangkan secara serius. Khusus KDRT di Paotere itu dari hasilnya hingga 50 persen dari total Sulsel sebesar 1400-an. Yang ada di Paotere itu adalah penyumbang terbesar,” jelasnya.
Lanjut Taufiq, dari banyaknya kasus itu, ada satu sosok yang kita pandang potensial untuk mengadvokasi mereka. Jadilah program pemberdayaan ini kita bina agar mandiri, diberikan bantuan pendampingan.
“Yang ibu-ibu itu, diberi pelatihan, keterampilan, dan peralatan juga dibantu agar mandiri. Sekarang sudah bisa menghasilkan omset jutaan,” pungkasnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar