SULSELSATU.com – Perminan clackers ball atau lebih populer dengan sebutan latto-latto di Indonesia kembali viral belakangan ini. Tidak hanya anak-anak, permainan ini juga cukup menarik minat kalangan orang dewasa.
Latto-latto merupakan mainan pendulum yang memiliki dua buah bola pemberat dengan ukuran sama. Kedua bola pemberat tersebut terikat seutas tali dengan cincin pada bagian atasnya. Mainan ini sebenarnya sudah ada dan populer sejak tahun 1960-an.
Ketika memainkan permainan ini, kedua pendulum ini akan saling memantul dan menimbulkan suara “klak” keras.
Baca Juga : Kembali Sentuh All Time High, Kapitalisasi Pasar BBRI Tembus Rp913 Triliun
Permainan ini sebenarnya memiliki tujuan utama untuk membuat bola saling beradu dengan suara sekeras mungkin dan secepat mungkin.
Namun, di balik suara keras yang menyenangkan ketika bermain, ada hal-hal yang perlu orang tua perhatikan sebelum memberikan mainan latto-latto untuk anak.
Hal yang perlu orang tua perhatikan terkait permainan latto-latto adalah, semakin keras benturannya, semakin tinggi risiko kedua bola tersebut pecah dan berserakan. Sayangnya, anak-anak terkadang memainkan permainan ini terlalu dekat dengan wajah.
Baca Juga : Hati-hati! Dengar Musik Terlalu Keras dan Lama Dapat Menyebabkan Kehilangan Pendengaran Permanen
Alhasil, ketika bola tersebut pecah, bukan tidak mungkin pecahan materialnya akan masuk dan mengenai mata, sehingga meningkatkan risiko kebutaan.
Bahkan, sebelum berbahan plastik seperti sekarang ini, latto-latto pada tahun 1960 hingga 1970 terbuat dari bahan kaca. Setelah terjadi insiden yang membuat empat orang terluka di Amerika Serikat, produsen kemudian menarik produk tersebut dan mengubah materialnya menjadi plastik.
Perubahan tersebut tetap tidak menyelesaikan masalah. Sebab, material plastik cenderung lebih mudah pecah daripada kaca. Meski begitu, setidaknya bahan plastik tidak berserakan separah material kaca saat pecah.
Baca Juga : VIDEO: Ngakak, Momen saat Peserta Lomba Latto-latto Kebelet Buang Air Kecil
Permainan ini juga dilarang di Mesir pada tahun 2017, meski ini begitu populer di negara tersebut. Alasannya mungkin terdengar sangat aneh, dianggap melecehkan Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Mesir kala itu.
Sebab, clacker balls saat itu bernama “Sisi’s balls” yang merujuk pada bagian privasi dari sang presiden. Sejak saat itu, negara menganggap permainan ini menyinggung pemerintah setempat.
Jadi, sebaiknya orang tua lebih bijak melihat manfaat dan risiko sebelum memberikan permainan ini pada anak-anak. Masih banyak permainan lain yang lebih aman untuk anak-anak. Namun, apa pun bentuk permainannya, sebaiknya orang tua tetap mengawasi dan mendampingi anak.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar