SULSELSATU.com, MAKASSAR – Keluarga korban penculikan dan pembunuhan anak usia 11 tahun di Kota Makassar trauma berat.
Nenek korban, Aminah Daeng Bau (50) tidak berani melihat pemberitaan yang berseliweran di media.
“Sampai sekarang belumpa berani nonton televisi, cerita ji kudengar,” kata Aminah kepada sulselsatu.com di kediamannya, Rabu (11/1/2023)
Baca Juga : Pembunuhan Anak 11 Tahun di Makassar Efek Buruk Gadget
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Makassar (DP3A), Achi Soleman menyayangkan penayangan identitas lengkap nama dan korban.
“Terkait pemberitaan, ini kan media banyak mengutip baket (bahan keterangan) polisi yah. Kalau polisi wajar saja tidak diinisialkan, kalu pemberitaan media kan ada kode etik,” kata Achi, Selasa (10/1/2023).
Menurutnya, pemberitaan demikian akan berdampak pada keluarga korban. Juga pada pelaku, karena track record akan terekam jelas dalam jejak digital.
Baca Juga : Curah Hujan Tinggi, Wali Kota Makassar-Kepala BBWS Jeneberang Pantau Kolam Regulasi Nipa-Nipa
Kendati demikian, ia menegaskan tidak melarang media mewatakan peristiwa itu. Ia bahkan menyebut penting bagi masyarakat mengetahuinya.
“Melihat adanya pemberitaan itu kan kasian keluarganya. Ada track recordnya. Tapi itu mesti diberitakan, kenapa? Supaya masyarakat tahu, begitu banyak aksi kekerasan hadir yang bahkan anak-anak sekalipun bisa melakukan kekerasan terhadap anak sendiri,” terangnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang anak laki-laki FS (11) menjadi korban pembunuhan. FS diculik dan dibunuh oleh dua orang remaja bernama AD (17) dan MF (14).
Baca Juga : DP3A Catat 15 Kasus KDRT Selama PSBB Makassar
Jasad korban yang masih ditemukan sudah meninggal dunia di Waduk Nipa-Nipa, Maros.
Saat ini, kedua pelaku telah diringkus dan diamankan di Polrestabes Makassar.
Kedua pelaku mengaku melancarkan aksinya untuk menjual organ dalam korban di salah satu situs online.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar