SULSELSATU.com – China mulai kembali ke situasi normal usai pembatasan kembali akibat meningkatnya infeksi Covid-19. China bertahap melakukan pemulihan dalam konsumsi dan aktivitas ekonomi tahun ini.
Terlihat dari mobilitas dan pengeluaran yang terjadi di China mulai dari lalu lintas penumpang kereta bawah tanah di tiga kota terbesar China hingga volume penerbangan dan jumlah penonton box office. Situasi ini menunjukkan peningkatan sejak akhir Desember, setelah Beijing tiba-tiba mengakhiri tiga tahun kebijakan nol Covid di awal bulan.
Namun, beberapa indikator menunjukkan aktivitas belum sepenuhnya pulih ke level seperti beberapa bulan yang lalu. Selain itu, banyak ekonom tetap berhati-hati tentang laju pemulihan setelah pembukaan kembali yang lebih cepat dari perkiraan.
Baca Juga : Satgas Percepatan Investasi Sulsel Dibentuk, Target Pertumbuhan Ekonomi Hingga 8 Persen
“Penurunan belanja ritel semakin berbasis luas, menunjukkan bahwa akan membutuhkan waktu untuk membalikkan dampak psikologis negatif pada konsumen China yang disebabkan oleh penguncian episodik selama tiga tahun,” kata Louise Loo, ekonom senior di Oxford Economics dikutip dari Reuters, Jumat, (13/1/2023).
Penyedia informasi dana badan industri China mencatat penguncian dan pembatasan terkait Covid memengaruhi perjalanan, menonton bioskop, dan pembeliam mobil musim semi lalu dan di awal musim dingin ini.
Selain itu, Loo mengatakan pemulihan yang cepat juga terhambat oleh pergeseran posisi likuiditas rumah tangga selama pandemi.
“Tidak seperti skema pembayaran tunai langsung yang terlihat di Hong Kong dan Singapura yang mendukung pengeluaran rumah tangga, program bantuan Covid China malah berfokus terutama pada mendukung bisnis yang terkena dampak penguncian,” katanya.
Pembuat kebijakan telah berjanji untuk meningkatkan permintaan tahun ini, terutama konsumsi. Tetapi pengeluaran di ekonomi utama lainnya telah kehilangan tenaga karena lonjakan suku bunga yang bertujuan untuk menjinakkan inflasi, merugikan ekspor China yang merupakan titik terang langka bagi ekonominya selama era pandemi.
Survei aktivitas pabrik resmi menunjukkan sub-indeks pesanan ekspor baru tetap berada di wilayah kontraksi selama 20 bulan berturut-turut. Angka tersebut turun menjadi 44,2 di bulan Desember dari 46,7 di bulan November.
Baca Juga : LAZ Hadji Kalla Tingkatkan Ekonomi dan Pemberdayaan Sosial Desa Pelosok Kabupaten Donggala
Menurut analisis survei, ketenagakerjaan di sektor manufaktur besar-besaran juga berada di bawah tekanan karena kemungkinan tingkat produksi yang rendah dan kesulitan mencari pekerja di tengah wabah virus.
Ekonom mengharapkan ekonomi terbesar kedua di dunia untuk meningkat dari kuartal kedua didukung oleh konsumsi yang lebih kuat dan peningkatan pengeluaran negara untuk proyek infrastruktur. Tapi pemulihan di pasar properti negara itu bisa memakan waktu lebih lama.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar