SULSELSATU.com, MAKASSAR – Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru Cina biasanya jatuh sekitar tanggal 21 Januari hingga 20 Februari.
Perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung hingga bulan purnama berikutnya.
Hari raya ini terkadang disebut Tahun Baru Imlek karena tanggal perayaannya mengikuti fase bulan.
Baca Juga : Penembakan Brutal di California Tewaskan 10 Orang, Tersangka Lalu Bunuh Diri
Sejak pertengahan 1990-an, orang-orang di Tiongkok telah diberi cuti tujuh hari berturut-turut selama Tahun Baru Imlek.
Minggu relaksasi ini telah ditetapkan sebagai Festival Musim Semi, istilah yang terkadang digunakan untuk menyebut Tahun Baru Imlek pada umumnya.
Asal-usul Imlek
Mengutip Britanica, asal-usul Tahun Baru Imlek penuh dengan legenda. Salah satu legenda mengatakan bahwa ribuan tahun yang lalu monster bernama Nian (“Tahun”) akan menyerang penduduk desa setiap awal tahun baru.
Baca Juga : Antusiasme Warga Tionghoa Sembahnyang Tanpa Pembatasan di Klenteng Xian Ma
Monster itu takut akan suara keras, cahaya terang, dan warna merah, jadi benda-benda itu digunakan untuk mengusir monster itu.
Itulah sebabnya Imlek identik dengan warga merah terang.
Perayaan untuk mengantar tahun lama dan mendatangkan keberuntungan dan kemakmuran di tahun baru, oleh karena itu, sering kali meliputi petasan, kembang api, serta pakaian dan dekorasi berwarna merah.
Baca Juga : Gusdur Dobrak Nelangsa Umat Konghucu, Kisah Imlek Tak Lagi Senyap
Orang-orang muda diberi uang dalam amplop merah berwarna-warni, atau angpao.
Selain itu, Tahun Baru Imlek adalah waktu untuk berpesta dan mengunjungi anggota keluarga.
Banyak tradisi musim menghormati kerabat yang telah meninggal.
Baca Juga : Open House Imlek di Makassar Bakal Kembali Digelar, Momen Mempererat Persaudaraan Lintas Etnis dan Agama
Di antara tradisi Tahun Baru Imlek lainnya adalah membersihkan rumah secara menyeluruh untuk menyingkirkan penghuni dari nasib buruk yang masih ada.
Beberapa orang menyiapkan dan menikmati makanan khusus pada hari-hari tertentu selama perayaan.
Acara terakhir yang diadakan selama Tahun Baru Imlek disebut Festival Lentera, di mana orang menggantung lentera yang bersinar di kuil atau membawanya selama parade malam hari.
Baca Juga : Bersama Forkopimda Makassar, Wali Kota Danny Kunjungi Tiga Klenteng di Kecamatan Wajo
Karena naga adalah simbol keberuntungan Tiongkok, tarian naga menyoroti perayaan festival di banyak daerah.
Prosesi ini melibatkan naga panjang berwarna-warni yang dibawa melalui jalan-jalan oleh banyak penari.
Imlek di Indonesia
Perayaan Imlek oleh warga Tionghoa di Indonesia pernah berada dalam masa-masa sulit. Selama Orde Baru berkuasa, Imlek tak boleh dirayakan dengan meriah.
Umat Konghucu hanya bisa merayakan Imlek di rumah dan khusus dalam keluarga dan kalangan tertentu saja.
Jatuhnya Orde Baru menandakan sejarah baru perayaan Imlek di Tanah Air. Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengizinkan Imlek digelar secara terbuka.
Di awal masa pemerintahannya, komunitas Tionghoa mendatanginya dan meminta izin untuk menggelar perayaan Imlek secara terbuka.
Dalam masa baktinya yang singkat, Gus Dur juga turut berjasa dalam menempatkan Konghucu sebagai salah satu agama resmi negara selain Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha.
Gus Dur mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1967, yang menginstruksikan etnis Tionghoa merayakan festival keagamaan atau adat istiadat secara tertutup di lingkungan keluarga.
Gus Dur kemudian menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina, seperti dikutip dari kanal NU Online.
(*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar