Ismail Bachtiar Edukasi Warga Bahayanya Serahkan KTP dan KK Tanpa Alasan Jelas
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Anggota DPRD Sulsel Fraksi PKS Ismail Bachtiar memberi edukasi sekaligus mengingatkan kepada warga bahayanya memberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) dengan alasan yang tidak jelas.
Apalagi di Indonesia saat ini sedang masuk tahapan Pemilu, dimana partai politik ataupun calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD diharuskan menyerahkan dukungan beserta dokumen KTP pendukungnya.
“Warga sebaiknya berhati-hati dalam memberikan data pribadi ke orang lain, pastikan saja bahwa data yang diberikan tidak disalahgunakan,” kata Ismail dalam akun media sosial Tiktok miliknya @ismailbachtiar, Sabtu (20/5/2023).
Politisi milenial PKS ini menyampaikan bahwa, dampak buruk menyerahkan KTP dan KK kepada pihak yang tidak bertanggung jawab karena akan berakibat fatal.
“Jadi jangan menyerahkan identitas kita baik KTP dan KK. Karena ini data, privasi pribadi yang tidak boleh diakses orang lain kecuali untuk urusan pemerintahan,” jelas Bacaleg PKS DPR RI Dapil Sulsel 2 itu.
Meningkatkan ke hati-hatian sangat penting, mengingat NIK yang ada dalam KK dan KTP bisa saja disalahgunakan oleh pihak tertentu.
“Terlebih sekarang lagi marak Pinjaman Online atau Pinjol. Nah Pinjol itu salah satu syaratnya ambil KTP dan KK lalu di foto, dia ambil uangnya tapi pemilik KTP dan KK tidak tahu tapi bapak dan ibu yang ditagih,” ungkap Ismail.
Ismail juga mengingatkan kepada koleganya sesama politisi yang ada di partai politik untuk terus memberikan pemahaman ke masyarakat tentang pentingnya menjaga identitas pribadi yang tercantum di dalam KTP dan KK.
“Masyarakat kita sangat butuh pemahaman, edukasi dan selalu diingatkan. Disinilah peran kita sebagai politisi, wakil rakyat untuk hadir memberikan perlindungan agar warga kita tidak menjadi korban dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” demikian Ismail.
Dalam video yang diunggah tersebut, mendapat respon positif netizen, tercatat ditonton 2,2 juta kali, dibagikan 30 ribu orang dan dikomentari kurang lebih 1300 orang.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News