SULSELSATU.com – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat) berkolaborasi dengan Global System for Mobile Communication Association (GSMA) meningkatkan ketahanan lingkungan dan ekonomi Indonesia dengan pengembangan mitigasi berbasis seluler.
Kolaborasi ini merupakan salah satu inisiatif untuk menangani dampak perubahan iklim dunia. Program yang dihasilkan keduanya adalah ‘Digitalisasi Konservasi Mangrove’ di Kalimantan Utara.
Program berkelanjutan ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Federal Jerman untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Universitas Borneo Tarakan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dan Pemda Sebatik Barat.
Baca Juga : 57 Tahun, Indosat Ooredoo Hutchison Tegaskan Komitmen Bertransformasi Menuju AI TechCo
President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan, isu perubahan iklim dunia telah menjadi perhatian global dan berdampak signifikan bagi kelestarian ekosistem makhluk hidup.
“Kolaborasi Indosat dengan GSMA merupakan langkah nyata untuk mengatasi isu perubahan iklim lewat pemanfaatan teknologi digital. Upaya bersama sejalan dengan komitmen pemerintah ini akan meningkatkan ketahanan lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian,” kata Vikram.
Kata Vikram, digitalisasi akan mampu mengurangi dampak kerusakan alam dan memaksimalkan berbagai potensi yang belum tersentuh untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Indosat akan terus memposisikan diri sebagai kolaborator utama untuk memberdayakan Indonesia.
Baca Juga : Konsisten Kembangkan Kapasitas Digital, Indosat Hadirkan Laboratorium Berteknologi di Unhas
Head of Asia Pasific Global System Mobile Communications Association (GSMA) Julian Gorman menambahkan, GSMA memperkuat komitmen dalam mengatasi tantangan iklim global melalui dukungan program digitalisasi mengatasi dampak buruk dan iklim ekstrim.
“Kolaborasi antara Indosat dan GSMA Mobile Innovation Hub merupakan bukti komitmen kami terhadap lingkungan. Yaitu, bagaimana seluler dapat berkontribusi penting dalam menghubungkan komunitas melalui solusi digital. Apalagi, konservasi mangrove merupakan kebutuhan global di banyak komunitas pesisir. Kemitraan strategis ini tentunya membawa produktivitas dan ketahanan lingkungan di masa yang akan datang,” kata Julian.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini merupakan kelanjutan dari penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di Barcelona pada Maret 2023 lalu yang akan dilakukan dalam dua bentuk kegiatan.
Baca Juga : Layanan Pascabayar IM3 Naik Level Jadi Platinum, Integrasikan Teknologi AI
Pertama adalah pemetaan wilayah laut dan pesisir dengan menggunakan Open-source & Geospatial Mapping di wilayah pesisir dan laut Kalimantan Utara khususnya di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat. Kegiatan ini akan melibatkan warga serta tokoh masyarakat sekitar dengan menggunakan aplikasi Qfiled yang dapat diperbarui secara berkala.
Dengan aplikasi Qfield tersebut, Indosat bersama GSMA, BMZ dan GIZ juga memberikan pelatihan pemetaan untuk memetakan area wilayah pesisir dan pantai, serta memproduksi digital map untuk kegiatan selanjutnya.
Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk disosialisasikan kepada pelaku usaha lain serta melindungi mangrove dalam jangka panjang.
Baca Juga : IM3 Platinum Berikan Layanan Pascabayar Prioritas, Ada Jalur Khusus untuk Jaringan Lebih Stabil
Kegiatan kedua adalah memperkenalkan solusi digital berbasis Internet of Things (IoT) kepada para petambak udang lokal untuk memantau kadar air dalam tambak, khususnya yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove.
Tujuannya adalah agar produktivitas tambak-tambak kecil meningkat serta menghindari mangrove dari ancaman penebangan oleh para petambak besar.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar