SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kentang goreng merupakan makanan cepat saji yang digemari oleh banyak kalangan. Namun, ternyata kentang goreng dikenal sebagai makanan yang kurang menyehatkan.
Kentang goreng mengandung lemak dan garam tinggi sehingga beresiko meningkatkan gangguan kardiovaskular.
Selain itu, dalam ilmu kesehatan, makanan berminyak memang kurang baik bila dikomsumsi berlebihan. Dapat mengganggu kesehatan tubuh dan jantung.
Baca Juga : Sarapan Jadi Salah Satu Kunci Agar Berumur Panjang
Orang yang sering mengomsumsi kentang goreng berlebihan bisa beresiko terkena depresi dan kecemasan.
“Penelitian ini mengevaluasi 140.728 orang selama 11 tahun, setelah menyaring partisipan yang didiagnosis dengan depresi dalam dua tahun pertama, total 12.735 kasus ditemukan. Kentang goreng ditemukan memiliki peningkatan resiko depresi 2 persen dibandingkan dengan daging putih yang digoreng,” dilansir dari molanewsid, Kamis, (22/6/2023).
Kata Molanewis, para peneliti di China menemukan bahwa sering mengomsumsi makanan yang digoreng dapat meningkatkan resiko kecemasan dan depresi. 7-12 persen resiko bisa dialami orang jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak mengomsumsi makanan berminyak.
Baca Juga : Penelitian di China Sebut AI Dapat Prediksi Gempa Bumi dengan Akurasi 70 Persen
Makanan yang tidak sehat dan bernutrisi buruk bisa menurunkan suasana hati seseorang dan memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.
Penelitian tersebut menunjukkan, hubungan ini lebih jelas terlihat di kalangan konsumen yang lebih muda. Namun, para ahli menyatakan, belum jelas apakah gorengan yang menyebabkan masalah kesehatan mental ataukah orang yang mengalami gejala depresi beralih ke gorengan.
“Efek kesehatan dari makanan yang digoreng sangat bergantung pada makanan apa yang digoreng dan jenis lemak apa yang digunakan untuk menggoreng,” dilansir Molanewsid.
Baca Juga : Perusahaan Milik Elon Musk Bakal Uji Coba Implan Otak untuk Pengobatan Penderita Autisme
Kentang goreng menjadi perhatian untuk kemungkinan efek suasana hati karena dapat menyebabkan lonjakan besar dalam gula darah dan kemudian respon hormonal terhadap lonjakan ini.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar