Ashari Fakhsirie Radjamilo Siap Besarkan UMKM Jeneponto
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sulsel, Ashari Fakhsirie Radjamilo (AFR) Karaeng Raja memiliki rencana besar untuk membesarkan UMKM di kampung halamannya, Jeneponto.
Sebagai birokrat ulung yang dikenal dengan inovasi Export Center-nya, AFR menyebut Jeneponto merupakan kabupaten yang kaya akan sumber daya alam.
Itu sebabnya ia heran jika kampung halamannya tersebut senantiasa masuk 3 besar kabupaten termiskin di Sulsel. Padahal dari total 1,6 juta jumlah UMKM se-Sulsel yang terdaftar, Jeneponto menyumbang 153 ribu UMKM.
“Salah satu penyumbang cabe terbesar Indonesia adalah Jeneponto. Tidak bisa makan cabe itu orang-orang di Kalimantan, Sumatra, Maluku dan lain-lain jika stok dari Jeneponto diputus. Produksi garam Jeneponto mensuplai Sulsel dan beberapa provinsi, tapi yang apa didapatkan para petani garam di sana? Belum lagi produksi rumput laut Jeneponto dan masih banyak lainnya,” kata AFR dalam diskusi bertema “UMKM Menjadi Perhatian Figur Muda di Jeneponto” Rabu, (12/7/2023).
Kopi Rumbia Jeneponto misalnya, lanjutnya, seringkali habis diborong tengkulak dengan harga murah dari kabupaten lain sebelum dipanen.
Sementara rasa Kopi Rumbia khas dan menyaingi Kopi Toraja. Belum lagi bicara potensi pasar gula cair yang selama ini kurang dilirik pengusaha Indonesia. Jeneponto memiliki ribuan pohon lontar yang dapat menghasilkan gula cair berkualitas ekspor.
“Untuk informasi kebutuhan pasar ekspor itu semua bisa langsung diakses melalui Export Center di Disdag. Export Center itu cuma ada dua di Indonesia, di Surabaya dan di Makassar. Data buyer (pembeli) dari seluruh dunia yang sedang cari apa dan berapa jumlahnya, itu lengkap di sana,” jelas AFR yang melahirkan inovasi tersebut saat masih menjabat Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Sulsel.
Saat ini, sebagai kepala dinas, AFR telah membangun kerjasama dengan pengusaha asal Amerika Serikat yang siap membeli gula cair hasil produksi UMKM binaan Dinas Koperasi dan UKM Sulsel.
“Kekurangan kita hanya belum ada brand. Kita mau bagaimana UMKM kita bisa naik kelas. Bagaimana sebulan ke depan, gula cair ini dikonsumsi masyarakat Sulsel. Target tahun depan, bagaimana bisa dikonsumsi oleh masyarakat dunia,” imbuhnya.
Pengusaha muda Jeneponto, Efendi Alqadri Mulyadi (EAM) Karaeng Mustamu, berharap pemerintah daerah Jeneponto lebih memperhatikan pengembangan SDM UMKM, bukan sisi bantuna modal usaha saja. Dia menyebut para pelaku startup Jeneponto yang umumnya didominasi anak muda, lebih membutuhkan mentoring dibanding modal usaha. Sebab modal utama dalam berbisnis adalah ide dan kualitas produk.
“Meski punya modal finansial kalau ide tidak ada, quality tidak bagus, pasti tidak akan berhasil. Ini yang kita harap ada mentoring dari pengusaha yang sudah sukses. Bagaimana agar program pemerintah daerah itu di-package dengan nuansa-nuansa anak muda sehingga menumbuhkan ketertarikan anak muda untuk merintis karir di dunia entrepreneur,” bebernya.
Sependapat, pakar ekonomi, Dr Sultan MSi mengamini jika masalah utama pengembangan UMKM di Sulsel adalah SDM.
“Berdasarkan hasil penelitian, 99 persen pelaku UMKM di Sulsel tidak memiliki catatan Keuangan. Sehingga mereka tidak tahu apakah yang dibelanjakan sehari-hari untuk kebutuhan dapur itu adalah keuntungan usaha atau modal usaha. Jadi banyak UMKM yang sulit berkembang karena tidak tertib dalam pengelolaan keuangan,” kata Rektor STIE Makassar Maju ini.
Sementara, pakar kebijakan publik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr Abdi mengapresiasi ide-ide cemerlang AFR untuk pembangunan UMKM di Jeneponto. Menurutnya konsep 6 M yang terdiri atas Man, Material, Method, Money, Machine, dan Market tidak lengkap jika tidak dibarengi oleh kerjasama lintas sektor yang disebut pentahelix.
Konsep pentahelix atau multipihak adalah kondisi di mana unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan inovasi pengetahuan yang memiliki potensi untuk dikapitalisasi. Dengan kata lain, pentahelix adalah konsep gotong royong untuk menghadirkan kesejahteraan bersama.
“Lebih banyak UMKM-nya Jeneponto dibanding penduduk Bantaeng. Ini potensi yang sangat besar. Mari kita hidup kan pentahelix tadi. Program pengembangan yang dihadirkan ke depan harus sistematis berkelanjutan, jangan hanya mati di tataran ide,” sarannya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News