Buku Maestro Aru Tu Mangkarasarak Sukman Daeng Talli Resmi Diluncurkan

Buku Maestro Aru Tu Mangkarasarak Sukman Daeng Talli Resmi Diluncurkan

SULSELSATU.com, MAKASSAR – Maestro Aru Tu Mangkasarak, Sukman Daeng Talli menjadi satu-satunya maestro Aru yang karya-karya Arunya telah dibukukan. Masyarakat Takalar menyambut baik peluncuran karya Maestro Aru Tu Mangkasarak tersebut di Hotel Gran Kalampa Takalar, Sabtu (9/9/2023).

Bekerja sama dengan LPDP dan DANA INDONESIANA, nama Sukman Daeng Talli sudah dikenal di seluruh Indonesia. Kegiatan peluncuran karyanya bahkan dihadiri sekitar 300 orang peserta dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang berbeda-beda, diantaranya pemerintah, budayawan, mahasiswa, guru dan siswa. Peserta yang hadir menjadi saksi diluncurkannya film dan buku Maestro Aru Tu Mangkasarak.

Penulis dan produser film, Arif Munandar mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk perhatian akan kebudayaan, yang mana saat ini masyarakat kurang mengenal kebudayaannya.

“Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud keprihatinan terhadap eksistensi kegiatan kebudayaan, banyak seniman yang karyanya tak sempat di publikasikan sehingga masyarakat saat ini kekurangan data untuk mengenal kebudayaannya,” katanya.

Arif, sapaannya, mengaku tergerak membuat karya ini karna kepeduliaannya terhadap budaya. Ia ingin memperkenalkan Sukman Daeng Talli kepada masyarakat, sehingga dapat menjadi media yang membantu memberikan pemahaman terkait Aru dan filosofinya.

“Tantangan eksistensi kebudayaan yang mulai kehilangan ruangnya mendorong saya untuk mengangkat dan memperkenalkan Sukman Daeng Talli kepada masyarakat untuk karya karya yang telah dibuatnya. Buku ini diharapkan bisa menjadi media bagi masyarakat untuk bisa dengan mudah memahami “Aru” dan filosofinya,” jelasnya.

Selaras dengan itu, Yus Amin DB selaku pembedah film mengatakan bahwa para anak muda saat ini sudah kehilangan jati dirinya dan melupakan budaya yang menjadi identitasnya.

“Pemuda saat ini bahkan tidak lagi mengenali ibunya, dalam artian tidak lagi mengenali dari mana mereka di lahirkan, menjadi kehilangan identitas dan tak mengenal jati dirinya sendiri, sebab budaya sejatinya adalah identitas suatu daerah,” katanya.

Sementara itu, Imel yang juga merupakan pembedah buku menyampaikan pujian dan menganggap karya ini layak dijadikan bahan pembelajaran terkait budaya dan bahasa oleh Dinas Pendidikan

“Buku ini seharusnya mendapatkan ruang dari Dinas Pendidikan untuk diangkat menjadi bagian dari bahan pembelajaran untuk pengenalan budaya dan bahasa daerah,” tuturnya.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga