Logo Sulselsatu

Kontirbusi Nyata Melawan Krisis Iklim, Presiden RI Resmikan Bursa Karbon Indonesia

Sri Wahyu Diastuti
Sri Wahyu Diastuti

Rabu, 27 September 2023 17:15

Presiden RI Joko WIdodo. Foto: Internet
Presiden RI Joko WIdodo. Foto: Internet

SULSELSATU.com – Indonesia menghadirkan kontribusi nyata melawan krisis iklim saat ini. Langkah yang dilakukan adalah dengan meluncurkan Bursa Karbon Indonesia.

Bursa Karbon Indonesia yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan penetapan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo secara langsung melakukan peluncuran.

Izin usaha Penyelenggara Bursa Karbon telah diberikan kepada BEI oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan nomor KEP-77/D.04/2023 pada 18 September 2023 lalu.

Baca Juga : OJK Bersama Bank Sulselbar Edukasi Literasi Keuangan kepada Pelajar dan UMKM

Peresmian Bursa Karbon Indonesia dilakukan di Gedung BEI di Jakarta, Selasa. Acara dihadiri Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Ketua Komisi XI DPR RI Kahar Muzakir, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, dan Ketua Komisi VI DPR RI Faizol Riza serta jajaran Dewan Komisioner OJK.

Presiden menyampaikan Bursa Karbon Indonesia merupakan kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis akibat perubahan iklim karena hasil perdagangan karbon akan direinvestasikan pada upaya menjaga lingkungan khususnya pengurangan emisi karbon.

“Terima kasih kepada OJK, BEI dan semua yang terkait atas peluncuran Bursa Karbon pertama di Indonesia ini,” kata Presiden.

Baca Juga : Kolaborasi OJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan pada Dua Kabupaten di Sulsel

Dengan potensi karbon yang besar, Presiden optimistis Indonesia bisa menjadi poros karbon dunia dengan tetap konsisten membangun dan menjaga ekosistem karbon di dalam negeri.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, Bursa Karbon Indonesia momentum bersejarah Indonesia mendukung upaya Pemerintah mengejar target untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai ratifikasi Paris Agreement.

“Bursa karbon Indonesia akan menjadi salah satu bursa karbon besar dan terpenting di dunia karena volume maupun keragaman unit karbon yang diperdagangankan dan kontribusinya kepada pengurangan emisi karbon nasional maupun dunia. Hari ini kita memulai sejarah dan awal era baru itu,” kata Mahendra.

Baca Juga : OJK Edukasi Peran Inovasi Teknologi Sektor Keuangan Membuka Peluang Bagi Mahasiswa

Indonesia memiliki target menurunkan emisi GRK, sebesar 31,89 persen (tanpa syarat dan tanpa bantuan internasional) atau sebesar 43,2 (dengan dukungan internasional) dari tingkat emisi normalnya (atau Business As Usual) pada 2030.

Sesuai berlakunya UU No. 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), OJK memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengawasi perdagangan karbon melalui Bursa Karbon di Indonesia.

Menurutnya, tujuan dari perdagangan karbon di Indonesia yaitu memberikan nilai ekonomi atas unit karbon yang dihasilkan ataupun atas setiap upaya pengurangan emisi karbon ini.

Baca Juga : OJK Perkuat Literasi Keuangan Digital Mahasiswa di Makassar

Hal ini guna tercapainya target NDC (Nationally Determined Contributions) dari pemerintah Indonesia dan optimalisasi potensi Indonesia sebagai negara produsen unit karbon.

Dalam mempersiapkan perdagangan karbon di Bursa Karbon, OJK bersama Kementerian/Lembaga terkait, dan dengan dukungan lembaga Internasional, telah melakukan sosialisasi selama periode Juli hingga September dengan mengadakan Seminar Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peluang Perdagangan Karbon di Indonesia.

Seminar nasional ini berlangsung di lima kota yaitu Kota Surabaya, Balikpapan, Makasar, Medan dan puncak dari rangkaian seminar diadakan di Kota Jambi.

Baca Juga : Tingkatkan Perlindungan Konsumen, OJK Sulselbar Sudah Edukasi 133.005 Masyarakat Tahun Ini

Untuk mendorong suksesnya penyelenggaraan perdagangan perdana unit karbon di Bursa Karbon, berdasarkan data dari Kementerian ESDM dan PT PLN (Persero) terdapat 99 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara, yang berpotensi ikut perdagangan karbon tahun ini.

Jumlah ini setara dengan 86 persen dari total PLTU Batu Bara yang beroperasi di Indonesia.

Selain dari subsektor pembangkit tenaga listrik, perdagangan karbon di Indonesia kedepan juga akan diramaikan oleh sektor lain yang merupakan sektor prioritas pemenuhan NDC seperti sektor Kehutanan, Pertanian, Limbah, Migas, Industri Umum dan yang akan menyusul dari sektor Kelautan.

Di awal perdagangan karbon ini, secara bertahap akan dilaksanakan perdagangan dengan memastikan unit karbon yang berkualitas, dimulai dari emisi (Emission Trading System/ ETS) ketenagalistrikan dan sektor kehutanan.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Yuk berbagi informasi tentang Sulawesi Selatan dengan join di group whatsapp : Citizen Journalism Sulsel

 Youtube Sulselsatu

 Komentar

 Terbaru

Berita Utama23 Oktober 2024 12:55
Tim Resmob Polres Jeneponto Berhasil Ungkap Kasus Jambret yang Meresahkan Masyarakat
SULSELSATU.com, JENEPONTO – Tim Resmob Satreskrim Polres Jeneponto berhasil mengungkap kasus pencurian dengan kekerasan (jambret) yang meresah...
Berita Utama23 Oktober 2024 12:39
Komposisi AKD Resmi Ditetapkan, Rudianto Lallo Duduki Komisi III DPR RI
SULSELSATU.com, JAKARTA – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI resmi menetapkan komposisi alat kelengkapan dewan (AKD) melalui Paripurna ke-V Masa P...
Ekonomi23 Oktober 2024 10:52
Keripik Pisang Bakauheni Melesat, Berkat Dukungan Pemberdayaan BRI
SULSELSATU.com, BAKAUHENI – UMKM di Bakauheni, Lampung, kini merasakan dampak positif dari program pemberdayaan BRI. Salah satu contoh nyata adalah ...
Politik23 Oktober 2024 10:20
Ketua Yayasan Almunawwarah Tegaskan Kualitas dr Ulfah-MHG: “Siap Menangkan di Pilkada Barru
SULSELSATU.com, BARRU – Di tengah terpaan isu miring yang ditujukan ke Paslon 2 dokter Ulfah-MHG, tak membuat dukungannya melemah. Sebaliknya ju...