Sawah Menghijau di Tengah Kekeringan Berkat Pompa Air Konversi LPG
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kekeringan panjang di akhir 2023 menjadi fenomena yang berat bagi para petani. Bagaimana tidak, kekeringan berdampak pada pasokan air yang menjadi penopang utama keberhasilan padi di sawah agar bisa panen.
Kekeringan akibat fenomena EL Nino tidak menurunkan semangat Daeng Nurung mencari cara agar sawahnya bisa panen. Sebagai kepala keluarga, dirinya tidak terpikirkan untuk menyerah, ia bertekad ingin menikmati hasil tanamnya di sawah.
Dalam pikirannya, jika air tidak turun dari langit, air bisa diambil dari dalam tanah. Menggunakan pompa air dengan bahan bakar gas (BBG) menjadi jalan ninja Daeng Nurung memenuhi kebutuhan air persawahannya.
Daeng Nurung adalah salah satu petani di Desa Julupa’mai Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Sulsel. Tumpuan utama pendapatnnya adalah dengan membuat sawahnya produktif, menjaga tumbuhannya hingga berhasil panen.
Daerah tempat Daeng Nurung tinggal dikenal dengan area persawahan yang luas, memiliki produktivitas padi yang besar dalam setahun. Tahun-tahun sebelumnya, Daeng Nurung bisa panen sampai tiga kali dalam setahun.
Tahun ini pun, ia usahakan bisa panen tiga kali dalam setahun. Meskipun di tengah fenomena El Nino dan kekeringan terjadi dimana-mana.
Berhasil mempertahankan padinya tetap hijau di tengah kekeringan adalah satu capaian besar bagi dirinya. Dalam seminggu, dirinya harus mengaliri sawah sebanyak dua kali di tengah kondisi suhu panas yang ekstrem.
Mengaliri sawah seluas 20 are, Daeng Nurung membutuhkan satu tabung gas LPG 3 kilogram. Satu tabung gas biasanya ia gunakan untuk pemakaian sekali.
Daeng Nurung yang merupakan seorang janda tanpa pekerjaan lain, sangat berharap sawah miliknya bisa panen.
“Sekarang ini, karena tidak hujan-hujan, harus mengaliri sawah sebanyak dua kali. Paling tidak selisih empat hari, kembali dialiri,” kata ibu dua anak ini kepada Sulselsatu.com.
Daeng Nurung menceritakan, di saat sawahnya berhasil panen, dirinya akan bisa menjaga pasokan beras untuk dirinya sampai tanam padi selanjutnya. Jika dibutuhkan, dirinya bisa menjual gabah atau pun beras agar bisa memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Dari sawah seluas 20 are itu, Daeng Nurung bisa mendapatkan hingga 15 gabah sekali panen. Hasil ini sangat ditentukan seberapa tercukupinya suplai air untuk sawahnya.
“Dulu pernah pakai BBM tapi mahal, satu kali aliri sawah seluas 20 are itu bisa sampai 5-6 liter. Lebih hemat saat pakai gas LPG 3 kg,” kata Daeng Nurung.
Jika diperkirakan, sekali panen Daeng Nurung akan mampu mendapatkan 690 kilogram gabah.
Padi adalah jenis tanaman yang kebutuhan airnya sangat besar. Kebutuhan air pada tanaman padi untuk menghasilkan 1 kg gabah yaitu sebanyak 1.432 liter. Hal ini lebih tinggi daripada tanaman jagung yang membutuhkan air sebanyak 1.150 liter untuk menghasilkan 1 kg jagung.
Tumpuan harapan agar sawah berhasil panen dengan menggunakan pompa air pakai LPG juga dilakukan Daeng Sassa. Daeng Sassa adalah petani di Desa Katangka Kecamatan Barombong.
Daeng Sassa juga menggunakan LPG 3 kg untuk mengaliri 8 are sawah miliknya. Satu tabung itu ia gunakan hingga 3 kali pemakaian.
“1 tabung bisa digunakan 2-3 kali. Luas sawah sampai 8 are. Ini lebih hemat dibanding menggunakan BBM. Satu tabung bisa digunakan berkali-kali,” kata Daeng Sewang.
Konversi BBM ke LPG juga tidak hanya berlaku untuk petani. Program ini juga mulai digunakan oleh nelayan.
“Menggunakan gas sebagai bahan bakar kapal jauh lebih hemat. Jarak tempuh, 1 tabung LPG 3 Kg itu setara sekitar BBM 7-8 liter, jadi bisa dibayangkan selisih harga untuk bahan bakar kapal untuk jarak yang sama,” ujar Tusman, salah satu nelayan di Kutawaru, Cilacap Jawa Tengah yang sudah memanfaatkan bahan bakar gas untuk kapalnya.
Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas atau LPG bagi nelayan dan petani telah dilakukan Pertamina sejak 2016 silam.
Pertamina berkomitmen menjalankan program konversi BBM ke LPG bagi nelayan dan petani sejak tahun 2016.
“Pertamina Patra Niaga mendapatkan amanah untuk menyelesaikan konversi BBM ke BBG bagi nelayan di 51 kota/kabupaten dan petani yang tersebar di 50 kota/kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra.
Buka tanpa pertimbangan program konversi BBM ke LPG ini terus diperluas. Penggunaan bahan bakar gas atau LPG sendiri memiliki beberapa kelebihan. Pertama, LPG lebih murah dari pada BBM per liternya dan dapat menghemat biaya operasional hingga 30-50 persen.
Kedua, perawatan mesin lebih mudah dan mesin yang lebih awet. Ketiga, aman bagi pengguna dan dalam penggunaannya. Keempat, emisi yang lebih rendah karena rantai karbon bahan bakar gas lebih pendek dibandingkan BBM.
Dan, yang kelima adalah paket konversi membantu ekonomi nelayan dan petani karena dibagikan kepada yang berhak.
Di tahun 2021, Pertamina Patra Niaga mendapatkan amanah untuk menyelesaikan konversi BBM ke LPG bagi 28.000 nelayan di 54 kota/kabupaten yang tersebar di daerah pesisir Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Jumali mengatakan, banyaknya manfaat yang diperoleh bagi semua pihak jika konversi BBM ke BBG untuk nelayan dan petani tersebut terlaksana baik.
Misalnya saja untuk Pertamina, akan meringankan dalam penyediaan energi fosil. Selain itu BBG juga ramah lingkungan.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News