SULSELSATU.com, MAKASSAR – Tokoh Literasi yang juga deklarator nasional Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia Pusat dan Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI, Bachtiar Adnan Kusuma memberi penilaian kepada Tokoh Nasional kelahiran Pallangga, Kabupaten Gowa, Dr HM Amir Uskara (AU), terkait produktivitasnya menulis dan membukukan karyanya dalam sebuah buku.
Bachtiar memberi apresiasi tinggi atas kepedulian dan perhatiannya yang besar kepada Ketua Fraksi PPP DPR RI yang juga Wakil Ketua Komisi XI DPR ini, yaitu di tengah kesibukannya, masih saja tetap menyempatkan diri rutin menulis dengan berbagai tema dan fenomena nasional yang ditulis, kemudian tersebar di berbagai media online nasional, lokal di Indonesia.
“Kami salut dan memberi apresiasi tinggi kepada Dr. AU yang begitu konsen dan komitmen menjaga dan merawat budaya menulisnya, kemudian diterbitkan menjadi buku yang eksotis” kata Bachtiar Adnan Kusuma dalam keterangannya, Selasa (14/11/2023).
Baca Juga : Namanya Masuk Bursa Calon Ketum PPP, Ini Respon Amir Uskara
Menurut BAK, ketokohan dan kemampuan intelektual yang dimiliki AU tercermin lewat Beranda Kolom atau catatan-catatannya yang berseliweran di publik ia penggal, ramu, ditimbang lalu memberikan penguatan sesuai dengan perkembangan Nasional.
Hasil pergumulan pikiran itu akhirnya disajikan dalam sebuah tulisan yang apik, kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku bertajuk ”Refleksi dan Catatan Amir Uskara Dari Senayan”.
Berikutnya, menurut Deklarator Nasional Guru, Pustakawan Menulis Satu Buku Indonesia ini, seorang politisi berkewajiban moral untuk bersuara, bila perlu dengan nada lantang mewakili rakyat secara lisan di sidang-sidang parlemen, karena habitatnya begitu untuk berbicara (parler).
Baca Juga : Kampanye di Samata, Aurama’ Gaet Dukungan Ribuan Warga
Namun ia terasa istimewa jika politisi dapat menuangkan buah pemikirannya dalam wujud tulisan baik berupa artikel ringan maupun yang lebih serius: buku.
“Tidak banyak politisi yang sanggup menulis, mungkin karena ketiadaan waktu, atau bisa jadi naluri dan DNA tidak berbakat menulis,” kata penulis ratusan buku biografi tokoh nasional dan lokal ini.
Nah, BAK berterus terang tak banyak politisi yang melahirkan tulisan-tulisan, entah berupa tinjauan, analisis, opini di surat kabar, alih-alih melahirkan buku. Yang kita tahu, politisi Andi Mappetahang Fatwa (Alm) oleh MURI pernah ditasbihkan sebagai politisi yang paling banyak melahirkan buku.
Baca Juga : Amir Uskara Sebut Soliditas Partai Pengusung DIA Modal Kuat Menang Pilgub
Sudah ribuan politisi duduk di Senayan, namun hanya segelintir dari mereka yang melegasikan “buah pena”.
Tulisan adalah cerminan pribadi politisi, dari sana orang bisa menakar kapasitas sebagai anggota dewan yang patut dan memiliki cakrawala.
Karena itu, BAK mengakui kalau di tengah langkanya politisi yang menulis, kita bersyukur tampil Amir Uskara, disela-sela kesibukannya sebagai anggota DPR-RI mencuri-curi waktu untuk menorehkan percikan pemikirannya.
Baca Juga : Rahmat Berhasil Raih Emas di PON XXI, Amir Uskara:Terima Kasih Sudah Harumkan Nama Gowa
“Setiap saat ada saja momen-momen penting dan sayang untuk dilewatkan.” tuturnya.
Buat seorang politisi dan Amir Uskara membuktikan menjaring pelbagai informasi dan data yang diolah menjadi sebuah tulisan yang menarik.
Berbagai kebijakan atau sebuah ihwal yang aktual ia tinjau sebagai orang yang berada di sekitar dapur pemerintahan. Dan itu dilakukan dengan antusiasme.
Baca Juga : Amir Uskara dan Imam Fauzan Kompak Dampingi Indira-Ilham ke Pengundian Nomor Urut
Dan yang kita apresiasi dari penulis Buku “Refleksi dan Catatan Amir Uskara Dari Senayan” yang diterbitkan Yapensi, pada November 2023 ini, adalah membuktikan kerajinannya mencatat, yang bagi umum tak minat dilakoni betapapun piranti teknologi memudahkan untuk itu.
Tapi Amir Uskara dari berbagai tulisan yang diterapkan, terlihat cakupan wawasan, pengetahuan, dan bacaan yang luas, dengan rupa-rupa tema, dalam perspektif politik, ekonomi, sosial, budaya dan ekonomi mikro dan keuangan yang memang menjadi tumpuan Amir Uskara untuk mengulas.
Entah apa jadinya jika tak ada tulisan-tulisan sebagai penanda majunya sebuah peradaban bangsa. Maka penulis seperti oase di tengah keringnya karya-karya anggota Dewan, apalagi di tengah citra politisi yang minor, komplet dengan berita-berita mengenaskan yang menyerimpungnya.
Akhirnya, kita berharap, karya Amir Uskara ini bisa melecut dan memberi inspirasi bagi siapa saja terutama para anggota Dewan lainnya untuk berbuat serupa.
“Berbuat lebih dari kehidupan intelektualisme. Sehingga boleh saja politisi lainnya hilang tanpa jejak, namun lewat karya tulis, ia bisa mengawetkan semangat literasi sebagaimana yang ditunjukkan Bapak Doktor Amir Uskara dan dikehendaki ilmu pengetahuan,” katanya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar