SULSELSATU.com – Tentara Israel terus melancarkan serangan bom yang menjadi ancaman untuk masyarakat Gaza, Palestina. Mereka dihadapkan dengan krisis pasokan makanan dan minuman yang makin menipis setiap hari.
Badan amal ActionAid dilansir dari detikhealth mengungkapkan, beberapa warga yang mengungsi di Rafah, sebuah kota di Gaza bagian selatan terpaksa memakan rumput untuk mengusir rasa lapar.
“Mereka saat ini sangat putus asa sampai-sampai memakan rumput sebagai upaya terakhir untuk menahan rasa lapar,” ungkap perwakilan ActionAid, Riham Jafari, dikutip detikhealth, Senin (12/2/2024).
Baca Juga : VIDEO: Presiden Jokowi Terima Penghargaan Tertinggi dari Palestina
Masyarakat Palestina tidak hanya kesulitan mendapatkan makanan, para pengungsi juga dilanda krisis air bersih. Setiap hari, mereka harus bertahan hidup dengan mengonsumsi air yang sudah tercemar.
“Semua orang di Gaza sekarang kelaparan, dan mereka hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air yang tidak bersih setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya,” demikian bunyi pernyataan yang disampaikan ActionAid.
Kondisi tersebut yang memiliki dampak besar bagi kesehatan pun menjadi sorotan. Selain harus bertahan dari serangan pasukan Israel, para pengungsi kini dihadapkan dengan risiko penyakit dan infeksi yang menyebar dengan cepat.
Baca Juga : Israel Akhirnya Disidang di Mahkamah Internasional, Namun Keputusan Tidak Berpihak ke Rakyat Palestina
“Tanpa makanan dan pakaian yang layak untuk melindungi dari cuaca dingin dan hujan, orang-orang akan lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi yang menyebar dengan cepat ke seluruh populasi,” ucap ActionAid.
Hal serupa disampaikan salah seorang pengungsi bernama Hanadi Gamal Saed El Jamara. Ibu tujuh orang anak itu mengaku keluarganya mengalami sejumlah masalah kesehatan akibat kekurangan pasokan makanan yang layak.
“Mereka sekarang lemah, mereka selalu mengalami diare, dan wajah mereka berwarna kuning,” ungkapnya, dikutip dari CNN.
Baca Juga : Damkar Makassar Tunjukkan Dukungan untuk Palestina dengan Water Dance di Malam Pergantian Tahun
“Kami mati secara perlahan. Saya pikir lebih baik mati karena bom, karena setidaknya kami syahid. Tapi sekarang kami mati secara perlahan karena kelaparan dan kehausan,” sambungnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar